BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

 

  1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pemanfaatan Laboratorium Komputer Sebagai Sumber Belajar Siswa Dalam Meningkatkan Kompetensi Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:

  1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara garis besarnya penelitian ini mengungkapkan bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan yang mengganggu proses pembelajaran siswa dalam memanfaatkan laboratorium komputer sebagai sumber belajar untuk meningkatkan kompetensi siswa, hal ini disebabkan karena pihak sekolah dalam hal pengadaan inventaris dan pengelolaan laboratorium komputer dan proses pengelolaan laboratorium komputer masih dalam tahap pengembangan yang nantinya akan terus disempurnakan.

Akan tetapi, permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada penelitian ini tidak menjadikan kompetensi siswa menurun, karena para siswa di SMPN 3 Padalarang memiliki kesadaran yang baik akan pentingnya kompetensi dalam mengoperasikan komputer dan internet di zaman era globalisasi ini. Oleh karena itu, permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini tidak membuat kompetensi siswa menurun, akan tetapi tetap meningkat dan ditambah dengan guru mata pelajaran TIK kelas IX dapat berkooperatif secara baik dengan siswa.

  1. Kesimpulan Khusus
  2. Proses perencanaan pemanfaatan laboratorium komputer.
  • Identifikasi kebutuhan laboratorium komputer

Dalam melakukan identifikasi kebutuhan untuk laboratorium komputer, pihak sekolah telah melakukan langkah yang tepat dengan cara mempersiapkan infrastruktur untuk menunjang pembelajaran TIK, mempersiapkan SDM (guru) yang berkompeten untuk mengajar dan mengelola laboratorium komputer, melakukan sharing dengan sekolah lain agar dapat saling bertukar informasi dan bekerjasama. Akan tetapi,mempersiapkan SDM di sini adalah hanya memfokuskan kepada guru saja yang tugas intinya adalah melaksanakan proses pengajaran. Proses pengelolaan, pemeliharaan pun diserahkan kepada guru TIK, jelas hal in akan mengganggu kinerja guru dalam mengajar.

  • Komponen kebutuhan laboratorium komputer

Komponen-komponen kebutuhan laboratorium seperti setting tata letak laboratorium sudah sangat baik dan tidak ada satu poin pun yang dapat mengganggu aktifitas belajar siswa. Untuk kelengkapan peralatan yang ada di laboratorium, pihak sekolah beserta pengelola laboratorium telah semaksimal mungkin menyediakan, akan tetapi karena tidak ada tim khusus yang memelihara peralatan (inventaris) laboratorium komputer, maka seringkali kerusakan-kerusakan yang terjadi telat untuk diperbaiki.

  • Proses perencanaan pembelajaran di laboratorium komputer

Dalam penyusunan materi dan merumuskan tujuan pembelajaran, para guru TIK selalu berpegang kepada Rancangan Program Pembelajaran (RPP) yang telah disesuaikan dengan kemampuan sekolah dan kebutuhan belajar siswa di sekolah itu. Maka dapat dikatakan proses perencanaan pembelajaran di laboratorium telah tepat karena apabila tidak berdasarkan pada silabus dan RPP, maka proses belajar mengajar akan

  1. Proses pelaksanaan pemanfaatan laboratorium komputer.
  • Standar Operasional (SOP) penggunaan Laboratorium komputer sebagai sumber belajar siswa

Meskipun pengelolaan laboratorium komputer belum sepenuhnya maksimal, pihak pengelola dalam menyusun Standar Operasional (SOP) dimaksud untuk menjaga ketertiban dan proses pemeliharaan sebagai langkah awal dalam menyelenggarakan pembelajaran di laboratorium komputer yang kondusif, sehingga proses pembelajaran siswa dalam mencapai kompetensi mata pelajaran TIK dapat tepenuhi dengan baik.

  • Metode pembelajaran di laboratorium komputer

Penggunaan metode Contekstual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran TIK sudah tepat, karena metode CTL menganut proses pembelajaran yang menghubungkan siswa dengan dunia nyata. CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

  • Bahan ajar yang digunakan

Untuk pembelajaran praktek, bahan ajar yang digunakan oleh guru sudah tepat karena dapat memacu semangat belajar siswa. sedangkan untuk pembelajaran yang sifatnya teori, guru hanya menggunakan bahan ajar yang biasa digunakan pada metode konvensional, hal ini tentu saja akan mnegurangi semangat belajar siswa berkurang dan proses belajar-mengajar pun akan terlihat membosankan.

  1. Proses evaluasi pemanfaatan laboratorium komputer.

Apabila melihat kembali pada standar kompetensi dari mata pelajaran TIK kelas IX yang mencakup pemahaman dasar internet dan penggunaan internet, prosedur evaluasi yang dilakukan oleh guru sudah tepat karena dapat mengggambarkan hasil belajar TIK untuk memenuhi komptensi dasar.

Proses evaluasi yang digunakan oleh guru adalah evaluasi yang sifatnya normatif, evaluasi normatif mengacu pada siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Oleh karena itu, aspek yang dinilai adalah perilaku siswa ketika melakukan pembelajaran, termasuk di dalamnya adalah sikap dalam berkomunikasi, kerjasama dan pengoperasian tentang komputer dan internet.

 

  1. Faktor pendukung dan penghambat

Faktor pendukung yang ditemukan dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu:

  1. Faktor pendukung internal, yang mencakup semangat belajar siswa yang tinggi dalam mempelajari komputer dan internet, hal ini merupakan modal awal yang sangat berharga dalam pencapaian dan peningkatan kompetensi siswa.
  2. Faktor pendukung eksternal, berupa guru yang dapat berkooperatif dengan baik bersama siswa. Guru menggunakan pendekatan secara personil dalam mengahadapi dan menanggapi pendapat dari siswa, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan lebih bermakna.

Faktor penghambat yang banyak ditemukan adalah jumlah komputer yang lebih sedikit dari pada jumlah siswa. hal ini banyak berimbas pada penyampaian materi oleh guru tidak tuntas karena untuk menanggulangi masalah tadi, satiap pembelajaran, satu kelas dibagi menjadi dua kelompok dan masing-masing kelompok hanya kebagian satu jam pelajaran.

Upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam menindak lanjuti faktor penghambat dapat dikatakan membuahkan hasil, karena pada tahun ajaran baru, bantuan berupa pemberian lima unit komputer oleh lembaga terkait akan terealisasi.

  1. Rekomendasi
  2. Jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu teknologi pendidikan, terutama dalam pengembangan media pembelajaran yang sekarang marak digunakan seiring dengan perkembangan teknologi. Selain itu, diharapkan tulisan ini dapat berkontribusi dalam peningkatan kualitas lulusan di jurusan KURTEK.

  1. SMP Negeri 3 Padalarang

Dalam usaha untuk mengelola, menjaga dan memelihara laboratorium komputer,.pihak sekolah harus membentuk tim khusus untuk mengurus dan mengelola laboratorium komputer sekolah, karena apabila pengelolaan laboratorium komputer diserahkan kepada para guru mata pelajaran TIK saja, hal ini tidak akan efektif karena guru mengalami terjadinya perpecahan konsentrasi dalam menjalankan tugas.

Melakukan pengembangan dalam melakukan proses evaluasi untuk pembelajaran yang bersifat teori harus dilakukan, karena proses evaluasi yang terjadi sekarang tidak dapat mengukur kompetensi siswa secara penuh. Guru dapat mencari informasi lebih lanjut dengan sharing sesama guru atau mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan hal ini.

  1. Siswa

Semangat siswa untuk mempelajari komputer dan internet di SMPN 3 Padalarang sudah sangat baik, diharapkan para siswa dapat lebih aktif dalam mencari informasi agar tidak tertinggal oleh bangsa lain. Perkembangan dalam semua aspek kehidupan di zaman sekarang ini menuntut setiap individu diharapkan peningkatan kompetensi yang dibutuhkan siswa dapat meningkat.

  1. Penelitian selanjutnya

Dapat dijadikan bahan rujukan oleh peneliti selanjutnya dalam upaya pengembangan metode ataupun penelitian yang lebih mendalam lagi. Hal ini diharapkan dapat menguak permasalahan-permasalahan dan mendapatkan gambaran yang objektif tentang laboratorium komputer sekolah.

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMANFAATAN LABORATORIUM KOMPUTER SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) 

DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
  2. Profil Sekolah

SMP Negeri 3 Padalarang berada di Jalan Babakan Loa No.37 RT 01/RW 23, Desa Padalarang, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Sekolah ini memiliki luas tanah sebesar 11.140 m2 dan dibuka pada tahun 1985 dengan status SMP Negeri. Sejak tahun 2001 bentuk sekolah telah menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN). Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh sekolah adalah pada pagi hari, hal ini berlaku bagi semua siswa di sekolah ini. Untuk lebih jelasnya lagi tentang profil sekolah, dapat dilihat dalam lampiran.

Adapun visi dan misi dari sekolah adalah sebagai berikut:

  1. Visi

Unggul dalam prestasi, berwawasan IPTEK, agama dan kecakapan hidup.

  1. Misi
  • Mewujudkan lulusan yang bermutu dan kom[etitif
  • Mewujudkan perangkat kurikulum yang lengkap dan relevan
  • Mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan kondusif
  • Mewujudkan tenaga pendidikan/kependidikan yang kualifikasi melalui sertifikasi/DIKLAT
  • Mewujudkan terpenuhinya pendidikan yang memenuhi standar
  • Mewujudkan pengelolaan proses belajar mengajar melalui MBS
  • Mewujudkan terpenuhinya anggaran penyelenggaraan pendidikan
  • Mewujudkan sistem penilaian pendidikan melalui standar SPN/BNSP
  1. Struktur Organisasi SMPN 3 Padalarang
KEPALA SEKOLAH
KEPALA

TATA USAHA

WAKIL

KEPALA SEKOLAH

TATA USAHA
PENANGGUNG JAWAB

LABORATORIUM

PENANGGUNG JAWAB

PERPUSTAKAAN

PENANGGUNG JAWAB

SARANA/PRASARANA

PENANGGUNG JAWAB

KESISWAAN

PENANGGUNG JAWAB

HUMAS

GURU
WALI KELAS
SISWA

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Sekolah

  1. Profil Laboratorium komputer sekolah

Laboratorium komputer di SMPN 3 Padalarang dibuka pada tahun 1995 dengan jumlah unit komputer hanya sebanyak 5 unit saja dan pada saat itu, komputer hanya dimanfaatkan oleh pihak sekolah dalam memenuhi keperluan administrasi sekolah saja seperti pembuatan surat-menyurat, pembuatan soal ujian dan keperluan lain yang sejenis dan belum dijadikan sumber belajar bagi siswa.

Laboratorium komputer di SMPN 3 Padalarang mempunyai luas 9×12 m dengan jumlah komputer mencapai 13 unit, sebanyak 12 unit untuk komputer client dan 1 unit untuk komputer server.

Selain komputer, media audio-visual seperti 1 unit televisi dan 1 unit playback dapat ditemukan di laboratorium komputer SMPN 3 Padalarang. Di bawah ini adalah spesifikasi untuk komputer client:

  • Processor pentium4 seleron 2,5 Hz
  • RAM 256 MB
  • Hard Disk 40 GB
  • Monitor 15 inch
  • Power supply 150 Watt.

Fungsi dan tujuan dibukanya Laboratorium komputer di SMPN 3 Padalarang adalah:

  1. Fungsi

Laboratorium komputer di SMPN 3 Padalarang memiliki fungsi sebagai sumber belajar dalam memenuhi dan meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran TIK.

  1. Tujuan

Tujuan dibukanya Laboratorium komputer di SMPN 3 Padalarang adalah untuk mempersiapkan para siswanya dalam menempuh era globalisasi yang mana pengetahuan dan keterampilan memanfaatkan komputer dan internet menjadi salah satu syarat dalam mencari informasi yang dibutuhkan agar tidak tertinggal oleh bangsa lain.

  1. Deskripsi Hasil Penelitian
  2. Perencanaan pemanfaatan laboratorium komputer sekolah
  3. Identifikasi kebutuhan laboratorium komputer sebagai sumber belajar siswa

Dalam melakukan identifikasi kebutuhan laboratorium komputer, tahap pertama adalah mempersiapkan infrasturktur yang mendukung pengadaan laboratorium komputer seperti pengadaan ruangan, pengadaan unit komputer dan fasilitas penunjang untuk internet.

Kemudian mempersiapkan SDM dalam hal ini guru-guru yang berkompeten dalam bidang komputer dan internet untuk mengajar, mengelola dan memelihara laboratorium komputer.

Setelah itu, sekolah melakukan observasi lapangan ke sekolah-sekolah lain yang sederajat seperti SMPN 1 Cimahi, SMPN 1 Padalarang SMPN 1 Soreang dan beberapa SMP yang terdapat di kota Bandung. Sedangkan untuk pengelola-pengelola laboratorium komputer akan mengikuti pelatihan tentang pengelolaan laboratorium komputer kepada lembaga-lembaga terkait, setelah itu akan didapat kebutuhan dasar dalam pengadaan laboratorium komputer sekolah.

  1. Komponen identifikasi kebutuhan laboratorium komputer sebagai sumber belajar siswa

Komponen-komponen identifikasi kebutuhan laboratorium komputer sekolah berhubungan dengan proses belajar mengajar siswa, dalam hal ini laboratorium komputer tentu saja harus dapat membantu pembelajaran siswa dalam mencapai kompetensi yang telah direncanakan dalam kurikulum.

Berikut ini merupakan tata letak laboratorium komputer di SMPN 3 Padalarang

Bagan 4.2 tata letak laboratorium computer SMPN 3 Padalarang

Di bawah ini adalah daftar peralatan yang terdapat di laboratorium computer SMPN 3 Padalarang:

NAMA PERALATAN JUMLAH KETERANGAN
Komputer 13 unit 10 unit baik

3 unit rusak

Televisi 21 inch 1 unit Baik
Playback I unit Baik
Infocus 1 unit Baik
Hub/switch 2 unit Baik
Tower WI FI 1 unit Baik
Stabilizer 7 unit Baik
Kursi siswa 22 buah Baik
Kursi guru 2 buah Baik
Meja siswa (meja panjang) 4 buah Baik
Meja guru 1 buah baik

Tabel 4.1 daftar peralatan di laboratorium komputer

  1. Proses perencanaan pembelajaran di laboratorium komputer

Dalam upaya memfasilitasi kebutuhan belajar pada mata pelajaran TIK yang mana membutuhkan media belajar seperti pengadaan komputer dengan fasilitas internet, pihak sekolah bekerja sama dengan DITJEN DIKDASMEN dan PEMKAB Bandung Barat. Kerjasama yang terjadi di sini adalah pihak-pihak tersebut memberikan block grant atau bantuan berupa pencairan dana dan voucher internet.

Perencanaan laboratorium komputer akan disesuaikan dengan kurikulum yang telah ditetapkan dan dijelaskan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar kelas IX pada mata pelajaran TIK. Dari kurikulum tersebut oleh guru mata pelajaran TIK akan disusun RPP nya, hal ini senada dengan pendapat dari Yadi (Guru mata pelajaran TIK) yang menyatakan:

“semua proses perencanaan pembelajaran yang dilakukan di laboratorium komputer sekolah begitu pun dalam menentukan materi akan dirumuskan dalam RPP agar materi yang diberikan selalu sesuai dengan silabus”

  1. Pelaksanaan pemanfaatan laboratorium komputer sekolah sebagai sumber belajar siswa
  2. Standar Operasional (SOP) penggunaan Laboratorium komputer sebagai sumber belajar siswa

SOP di dalamnya berisi peraturan-peraturan tentang penggunaan laboratorium komputer oleh pengelola untuk para siswa, SOP disusun dalam upaya menjaga dan memelihara semua inventaris yang ada di laboratorium komputer agar proses pembelajaran para siswa tidak terganggu. Berikut peraturan-peraturan yang disusun di laboratorium komputer SMPN 3 Padalarang:

  • Para siswa tidak boleh menyalahkgunakan semua fasilitas di lab
  • Membersihkan ruangan laboratorium komputer sesudah KBM
  • Para siswa wajib memelihara dan menjaga seluruh peralatan yang ada di lab
  • Proses peminjaman peralatan yang ada di lab. Harus sepengetahuan pengelola lab
  • Menyimpan kembali peralatan praktek ke tempat semula

Apabila terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, maka siswa tersebut akan dikenakan sanksi, sanksi-sanksi tersebut adalah:

  • Apabila ada penyalahgunaan fasilitas lab, maka pihak sekolah akan langsung mengundang orang tua siswa.
  • Apabila terdapat kerusakan/kehilangan di laboratorium komputer (inventaris), maka siswa bersangkutan harus menggantinya.
  • Apabila proses peminjaman peralatan yang ada di lab oleh siswa tanpa sepengetahuan pengelola lab, maka siswa tersebut akan dihukum.

Dalam langkah untuk mengelola dan memelihara laboratorium komputer, pihak sekolah mempercayakannya kepada para guru mata pelajaran TIK, proses pemeliharaan dilakukan oleh para guru seusai jam sekolah berakhir, apabila terdapat hal-hal yang akan menganggu proses belajar mengajar di laboratorium sekolah akan langsung dilaporkan kepada kepala sekolah yang nantinya akan dicatat dan diperbaiki.

  1. Metode pembelajaran di laboratorium komputer

Dalam melakukan pembelajaran, guru membagi dua jenis pembelajaran untuk mata pelajaran TIK, yaitu pembelajaran teori dan pembelajaran praktek.

Pada pembelajaran praktek, metode yang digunakan oleh guru dalam memanfaatkan laboratorium komputer sebagai sumber belajar pada mata pelajaran TIK adalah menggunakan metode CTL yang diaplikasikan langsung ke dalam jaringan. Para siswa memerhatikan instruksi ataupun masalah-masalah yang diberikan oleh guru yang berkaitan dengan materi, selanjutnya siswa sendiri yang akan memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut dengan pengawasan dari guru.

Di sini, peran fasilitas internet selain untuk mencapai kompetensi yang diinginkan dalam silabus adalah untuk merangsang semangat belajar siswa dalam mempelajari internet itu sendiri, biasanya guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari informasi yang berkaitan dengan materi yang disampaikan dengan cara browsing, apabila siswa telah mendapatkan informasi yang dibutuhkan, siswa mengirimnya melalui e-mail masing-masing kepada e-mail guru.

Sedangkan pada pembelajaran yang sifatnya teori, kegiatan belajar mengajar dilakukan di ruang kelas dengan metode konvensional saja.

  1. Bahan ajar yang digunakan

Untuk kegiatan belajar mengajar yang sifatnya praktek, bahan ajar yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi adalah unit komputer yang telah terkoneksi dengan fasilitas internet, media audio-visual (televisi), infocus, buku sumber dari perpustakaan dan modul dari guru. Sedangkan dalam pembelajaran toeritis, guru hanya menggunakan bahan ajar seperti buku sumber dari perpustakaan dan buku sumber pendukung lainnya.

Kriteria guru dalam memilih bahan ajar ini yaitu di tempuh melalui beberapa tahapan, yaitu tahap pertama berdasarkan biaya yang dikeluarkan oleh siswa untuk membeli media tersebut tidak mahal agar semua siswa bisa memilikinya baik dari golongan mampu, sedang sampai golongan yang kurang mampu.

Kemudian tahap kedua dilihat dari segi kelengkapan dan standar isi, media tersebut harus sesuai dengan kompetensi harus dimiliki oleh siswa dalam silabus/RPP. Tahap ketiga adalah pemakaian bahasa yang dimengerti oleh siswa. Kenapa harus bahasa yang dimengerti oleh siswa, karena dalam proses belajar, guru seringkali menemukan media buku yang bahasa penyampaian materinya sukar untuk dicerna oleh siswa agar media yang dijadikan sumber belajar tersebut dapat bermanfaat dengan baik.

  1. Proses evaluasi dalam pembelajaran

Proses evaluasi dilakukan setiap materi yang diberikan sudah tersampaikan, penilaian yang digunakan bersifat penilaian acuan normatif berdasarkan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa dalam mencapai dan meningkatkan kompetensi pada mata pelajaran TIK.

Penilaian acuan normatif dipilih oleh guru sebagai acuan dalam melakukan evaluasi belajar siswa di laboratorium komputer karena proses evaluasi ini tidak melihat angka-angka semata akan tetapi lebih kepada proses pembelajaran siswa itu sendiri, dalam artian melihat perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di laboratorium komputer, baik itu sikap dalam berkomunikasi, bekerjasama dalam memecahkan masalah dan pengoperasian komputer.

  1. Faktor pendukung dan penghambat pembelajaran di laboratorium komputer
  2. Faktor pendukung pembelajaran di laboratorium komputer

Faktor pendukung yang paling utama adalah semangat belajar dari para siswa itu sendiri dalam mempelajari komputer dan internet sangat tinggi, hal ini senada dengan pernyataan dari Budi (Guru TIK) yang mengatakan bahwa:

“faktor pendukung dalam melakukan KBM pelajaran TIK adalah faktor dari siswa yang tertarik mempelajari komputer dan internet sehingga intelejensia dari siswa itu sendiri akan meningkat/tinggi, hal itu memudahkan para guru dalam mengajar”

Faktor pendukung berikutnya adalah para guru yang berkompeten dalam melakukan KBM pada mata pelajaran TIK dan bisa kooperatif dengan siswa. menurut Aryani (siswa kelas IX)

“ berbeda ketika masih duduk di kelas VII atau VIII, guru mata pelajaran TIK kelas IX sangat dekat dengan siswa, sehingga para siswa tidak merasa canggung dalam bertanya ataupun medapatkan masalah ”

Selain kedua faktor di atas, faktor pendukung lainnya adalah ketersediaan fasilitas internet di laboratorium komputer sehingga dapat memacu semangat belajar siswa, perkembangan kompetensi tentang komputer dan internet dari para siswa sungguh terlihat, karena ketika belum ada fasilitas internet, banyak dari siswa yang tidak mengetahui tentang pengoperasian komputer dan semangat belajarnya pun biasa-biasa saja.

Berbeda ketika pihak sekolah menyediakan fasilitas internet, semangat belajar dari siswa itu sendiri meningkat sehingga kompetensi siswa terhadap pengoperasian komputer yang baik dan benar pun ikut meningkat.

Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang memuaskan sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai dalam silabus. Menggunakan fasilitas internet ini selain untuk menjadikannya sumber belajar juga digunakan sebagai media komunikasi dan memudahkan dalam mencari informasi yang dibutuhkan.

  1. Faktor penghambat pembelajaran di laboratorium komputer

Menurut Drs. Sudarmanto (Kepala sekolah SMPN 3 Padalarang) faktor penghambat yang sangat terasa adalah jumlah unit komputer yang lebih sedikit atau tidak sebanding dengan jumlah siswa di sekolah ini. Hal ini jelas sangat mengganggu terhadap KBM pada mata pelajaran TIK, karena dalam prakteknya siswa harus rela berbagi dengan temannya untuk memanfaatkan satu unit komputer, seringkali materi yang akan disampaikan oleh guru tidak semuanya dapat tersampaikan secara tuntas.

Faktor penghambat berikutnya adalah pengelolaan laboratorium komputer masih belum optimal karena seringkali ditemukan unit komputer yang akan digunakan dalam KBM mengalami kerusakan karena intensitas pemakaian unit komputer sangat tinggi. Yadi Suryadi (Guru TIK) mengungkapkan:

“harus ada tim khusus yang mengurus dan mengelola laboratorium komputer sekolah agar fasilitas di laboratorium komputer ini dapat terjaga dengan baik. Untuk saat ini pengelolaan laboratorium dikelola oleh para guru TIK yang hanya berjumlah tiga orang dan belum harus menjalankan kewajibannya yaitu mengajar”

Kemudian para siswa mengeluhkan dalam mengakses data dari internet, komputer yang ada dilaboratorium sering mengalami keterlambatan, hal ini tentu saja berkaitan dengan spesifikasi komputer yang masih sangat standar, jangankan untuk mengakses data dari internet, apabila akan mempelajari tentang suatu program yang membutuhkan spesifikasi komputer yang tinggi, dirasakan akan sulit.

  1. Upaya tindak lanjut yang dilakukan

Untuk menanggulangi kekurangan jumlah unit komputer yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah siswa, proses pembelajaran di laboratorium komputer, guru membagi setiap satu kelas menjadi dua kelompok belajar berdasarkan gender dan masing-masing mendapatkan jatah satu jam pelajaran.

Pengecekan-pengecekan dalam upaya menjaga dan memelihara inventaris laboratorium komputer dilakukan oleh para guru TIK sesudah jam sekolah usai, apabila ditemukan adanya kerusakan-kerusakan, tahap pertama yang diambil adalah memperbaikinya, apabila tidak memungkinkan untuk diperbaiki, maka akan dilaporkan kepada pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah.

Laporan yang diterima oleh kepala sekolah dari pengelola laboratorium komputer akan dilaporkan kepada pihak-pihak yang terkait, yaitu DIKNAS Kabupaten Bandung Barat, PEMKAB Bandung Barat dan sponsor. Sebagai bukti terjadi adanya komunikasi yang baik antara pihak sekolah dengan pihak-pihak terkait tersebut, lima unit komputer akan diberikan kepada pihak sekolah di periode tahun ajaran baru.

  1. Pembahasan dan Hasil Penelitian
  2. Perencanaan dan penyelenggaraan pembelajaran di laboratorium komputer sekolah sebagai sumber belajar siswa
  3. Identifikasi kebutuhan laboratorium komputer sebagai sumber belajar siswa

Menurut Koesnandar (2008), sekurang-kurangnya ada enam aspek yang harus ditempuh dalam melakukan identifikasi kebutuhan agar manfaatnya dapat dirasakan dari laboratorium komputer untuk menunjang pembelajaran yang efektif.

Enam aspek tersebut adalah (1). Persiapan infrastruktur yang menunjang terjadinnya proses belajar-mengajar seperti sambungan listrik, perangkat computer dan lain-lain. (2). Kesiapan SDM yang terdiri dari guru-guru yang berkompeten. Sebagai sekolah yang baru merintis dalam hal TIK, satu atau dua orang guru yang menguasai TIK sudah cukup untuk penggerak. (3). Adanya dukungan kebijakan dari kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan. Kepala sekolah perlu untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendorong terjadinya percepatan pendayagunaan TIK. (4) pengembangan sistem instruksional. (5). Pemanfaatan konten, yaitu dapat berupa pemanfaatan portal pendidikan, siaran TV edukasi, e-book, dan lain-lain agar dapat diperoleh informasi yang dibutuhkan. (6). Share informasi dan telekolaborasi, yaitu proses saling bertukar informasi dengan sekolah-sekolah lain ataupun lembaga yang berkaitan dengan pemanfaatan TIK.

Meskipun tidak semua aspek perencanaan yang ideal diterapkan oleh pihak sekolah, namun pihak sekolah dalam mengambil tindakan untuk proses perencanaan pengadaan laboratorium komputer telah tepat yaitu dengan: (1) mempersiapkan infrastruktur untuk menunjang pembelajaran TIK. (2).Mempersiapkan SDM (guru) yang berkompeten untuk mengajar dan mengelola laboratorium komputer. (3). Melakukan sharing dengan sekolah lain agar dapat saling bertukar informasi dan bekerjasama.

  1. Komponen identifikasi kebutuhan laboratorium komputer

Komponen-komponen identifikasi kebutuhan mencakup setting tata letak dan inventaris yang ada di labortorium komputer. Setting tata letak laboratorium komputer dikatakan baik apabila :

  • Para siswa dapat berputar di kursi mereka dan jarak pandang cukup baik.
  • Guru dapat memantau semua kegiatan siswa selama belajar.
  • Jalan bagi guru untuk bekerja secara individual dengan siswa sangat bagus.
  • Pemasangan kabel sangat mudah dan mudah pula dimodifikasi.
  • Para siswa tidak berhubungan dengan kabel
  • Jika ada komputer yang memerlukan perhatian (perbaikan kecil) siswa lain tidak terganggu.

Dari keterangan tentang setting tata letak laboratorium komputer di atas, setting laboratorium komputer yang terdapat di SMPN 3 Padalarang dapat dikatakan sangat baik karena semua aspek-aspek tersebut dapat dipenuhi dengan baik.

Sedangkan untuk kelengkapan inventaris, berdasarkan PERMENDIKNAS Nomor 24 Tahun 2007,Tanggal 28 Juni 2007 tentang laboratorium komputer sekolah/madrasah. Semua inventaris di laboratorium komputer SMPN 3 Padalarang telah dapat terpenuhi meskipun masih ditemukan kekurangan yang sangat penting seperti jumlah komputer yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah siswa, karena seringkali dijumpai kasus seperti satu unit komputer digunakan oleh 3-4 orang siswa dan dalam proses pembelajaran seperti itu, siswa pasti merasa tidak nyaman sehingga dapat menghilangkan semangat belajar.

Selain itu, tidak semua komputer dalam keadaan baik ada tiga buah unit komputer yang rusak dan tidak semua komputer disambungkan ke stabilizer, padahal di dalam PERMENDIKNAS Nomor 24 tahun 2007 telah ditetapkan bahwa satu unit komputer untuk 2 peserta didik, sedangkan stabilizer disesuaikan dengan banyaknya unit komputer di laboratorium dengan kata lain setiap satu unit komputer harus terhubung dengan satu stabilizer.

  1. Proses perencanaan pembelajaran di laboratorium komputer

Proses perencanaan dalam menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar harus selalu berpegang kepada kurikulum yang telah ditetapkan, karena kurikulum berisi tentang materi yang akan diberikan dalam mencapai suatu kompetensi dari setiap mata pelajaran yang akan diberikan kepada siswa.

Dari kurikulum tersebut, oleh setiap guru akan dibuat Rancangan Program Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan kemampuan sekolah baik itu aspek infrastruktur, dan kebutuhan belajar dari siswa di sekolah.

Guru mata pelajaran TIK kelas IX di SMPN 3 Padalarang telah tepat dalam merancang proses perencanaan pembelajaran di laboratorium komputer sekolah, tentu saja penyusuna RPP akan selalu dijadikan pedoman dalam menjalankan setiap proses pembelajaran.

  1. Pelaksanaan pemanfaatan laboratorium komputer sekolah
  2. Standar Operasional (SOP) penggunaan Laboratorium komputer.

Proses pelaksanaan pembelajaran tentu saja harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mengalami banyak permasalahan. Penyusunan SOP oleh pihak pengelola laboratorium komputer sekolah mempunyai maksud untuk menyelenggarakan proses pembelajaran yang kondusif agar para siswa dapat dengan nyaman mengikuti materi-materi yang diberikan oleh guru.

  1. Metode pembelajaran di laboratorium komputer

Proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan laboratorium komputer tidak dapat dilepaskan dari manfaat yang diberikan media komputer itu sendiri untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan mendorong semangat peserta didik dalam melakukan KBM.

Oleh karena itu, apapun metode yang diambil oleh guru dalam melakukan KBM selama manfaat dari penggunaan komputer sebagai sumber belajar itu dirasakan maksimal ditandai dengan komptensi siswa yang telah tercantum pada silabus dapat tercapai, maka metode yang dipilih oleh guru telah tepat.

Untuk pembelajaran komputer yang lebih memerhatikan proses belajar setiap siswa dalam mencapai kompetensi yang harus dikuasai yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil belajar siswa daripada gambaran hasil belajar berupa angka-angka saja tanpa memerhatikan aspek afektif dan psikomotor.

Untuk dapat mewujudkan empat pilar pendidikan di era globalisasi informasi sekarang ini, para guru sebagai agen pembelajaran perlu menguasai dan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.

Ungkapan diatas berdasar pada pernyataan UNESCO melalui The International Commission on Education for the Twenty First Century, yang berisi tentang rekomendasi pendidikan berkelanjutan (seumur hidup) yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran, yaitu learning to know (belajar untuk menguasai. Pengetahuan), learning to do (belajar untuk menguasai keterampilan), learning to be (belajar untuk mengembangkan diri) dan learning to live together (belajar untuk hidup bermasyarakat).

Secara teknis, dalam pembelajaran yang menggunakan metode Contectstual Teaching and Learning (CTL), tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.

Karwono (2000) dalam “pemanfaaan sumber belajar dalam upaya peningkatan kualitas dan hasil pembelajaran” menunjukan empat pola pembelajaran yang menggunakan bahan ajar (media) untuk dijadikan sumber belajar. Yaitu: (1). Pola Tradisional;(2). Pola instruksional dengan sumber belajar berupa orang dibantu sumber lain;(3). Pola instruksional dengan sumber belajar berupa orang (guru) bekerjasama dengan sumber lain;(4). Pola instruksional dengan belajar mandiri.

Pada proses pembelajaran yang bersifat praktek, guru menggunakan bantuan media lain seperti media network dan komputer. Proses pembelajaran seperti ini dapat digolongkan kepada pola instruksional dengan sumber belajar berupa orang (guru) dibantu dengan sumber belajar lain yaitu guru masih memiliki peran penting dalam pembelajaran dan media yang digunakan dianggap sebai sumber belajar utama yang mana keberadaannya mutlak ada.

Sedangkan pada proses pembelajaran yang bersifat teoritis guru memposisikan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar dalam sistem instruksional . guru memegang kontrol dan kendali spenuhnya dalam menetapkan materi. Pola instruksional seperti ini dirasa kurang tepat apabila diterapkan pada pembelajaran TIK.

  1. Bahan ajar yang digunakan

Menurut Dick dan Carey (1985: 15-25) kriteria memilih bahan ajar yang akan digunakan guru pada proses pembelajaran adalah: (10 analisis karakteristik siswa;(2). Sesuai dengan tujuan pembelajaran;(3) sesuai dengan materi pembelajaran;(4) kemanfaatan sumber belajar bagi peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran;(5) sumber belajar harus menimbulkan tanggapan/semangat belajar bagi peserta didik

Merujuk dari pernyataan di atas, kriteria dalam memilih bahan ajar yang dilakukan oleh guru sudah sangat baik karena guru memerhatikan karakteristik siswanya yang ditandai dengan memasukan faktor biaya agar semua siswa dari semua golongan dapat memilikinya dan faktor penyampaian materi dari bahan ajar harus dimengerti oleh siswa tanpa melupakan faktor isi dari media tersebut harus sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa itu sendiri.

  1. Proses evaluasi dalam pembelajaran

Kurikulum berbasis kompetensi menganut prinsip pembelajaran secara tuntas untuk dapat menguasai aspek kognitif, afektif dan psikomotor dari suatu materi pada mata pelajaran.

Dalam menilai aspek kognitif, guru dalam melakukan prosedur evaluasi tertulis seperti proses evaluasi yang sudah lumrah terjadi dari dulu, yaitu dengan cara membagikan kertas-kertas ujian atau memerintahkan siswa untuk mencatat dahulu soal-soal ujian di kertas selembar.

Proses evaluasi seperti itu tentu saja tidak dapat menjawab apakah siswa telah mencapai kompetensi secara utuh atau dengan kata lain mengalami meaningfull learning (kebermaknaan belajar). Evaluasi yang tepat dalam menilai apakah siswa telah mencapai kompetensi secara utuh harus memerhatikan ruang lingkup dari mata pelajaran TIK di Sekolah Menangah Pertama yaitu: (1). Aspek konsep, pengetahuan dan operasi dasar;(2). Aspek pengelolaan informasi untuk produktifitas meliputi pengolahan kata, akses web dalam mencari informasi dane-mail;(3). Aspek pemecahan masalah, eksplorasi dan komunikasi melalui internet.

Oleh karena itu, pemilihan proses evaluasi dalam pembelajaran yang bersifat praktek telah dilakukan oleh guru dengan sangat baik, karena guru memberikan instruksi-instruksi atau berbagai permasalahan, setelah itu siswa dituntut mencari informasi secara langsung melalui internet, kemudian para siswa memecahkan masalah yang diberikan oleh guru tadi.

  1. Faktor pendukung dan penghambat pembelajaran di laboratorium komputer
  2. Faktor pendukung pembelajaran di laboratorium komputer

Mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi diharapkan dapat membantu siswa untuk mengenal, menggunakan, merawat peralatan TIK serta menggunakan segala potensi yang ada untuk pengembangan kemampuan diri. Selain itu, penguasaan TIK akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada semua tingkatan atau jenjang.

Seakan-akan pernyataan diatas telah disadari dan dimengerti oleh setiap siswa di SMPN 3 Padalarang. Hal ini dikarenakan faktor pendukung utama yang terdapat di SMPN 3 Padalarang adalah motivasi siswa dalam mempelajari komputer dan internet dapat dikatakan tinggi. Mengacu pada kurikulum 2004, lebih khusus lagi, tujuan mempelajari TIK adalah untuk :

  • Menyadarkan siswa akan perkembangan TIK yang terus berubah sehingga siswa dapat termotivasi untuk mempelajari TIK sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat.
  • Memotivasi kemampuan siswa untuk bisa beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan TIK.
  • Mengembangkan kompetensi siswa dalamn menggunakan TIK untuk mendukung kegiatan belajar, bekerja dan berbagai aktifitas dalam kehidupan sehari-hari.

Faktor pendukung yang lain adalah faktor guru yang dapat kooperatif dengan siswa sehingga dalam melaksanakan pembelajaran dengan nyaman. Sampai saat ini pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran tidak hanya berlaku bagi peserta didik saja, tetapi juga bagaimana guru sebagai penyampai materi mampu memanfaatkannya untuk pengemasan materi yang akan diberikan kepada peserta didik. Hal ini dapat dikatakan guru telah berhasil dalam menjalankan perannya sebagai fasilitator karena telah dapat mengembangkan kurikulum sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan flesibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi para siswa yang ada di SMPN 3 Padalarang.

  1. Faktor penghambat pembelajaran di laboratorium komputer

Jumlah unit komputer lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah siswa yang ada di SMPN 3 Padalarang adalah menjadi faktor penghambat terbesar dikarenakan dampak dalam pembelajarannya menganggu kenyamanan siswa dalam memerhatikan dan menyimak materi yang diberikan oleh guru. Hal ini tentu saja akan mengurangi semangat belajar siswa yang mengakibatkan pencapaian kompetensi siswa terhambat.

  1. Upaya tindak lanjut yang dilakukan

Upaya dalam menindak lanjuti faktor penghambat adalah dengan melakukan skala prioritas sudah dirasa tepat, karena penyusunan skala prioritas ini didalamnya mencakup kenyamanan, keamanan dan ketertiban siswa dalam melakukan proses pembelajaran di laboratorium. Dengan penyusunan skala prioritas, diharapkan proses perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan akan tepat sasaran dan terencan dengan baik.

Sekolah Dikatakan tepat telah melakukan tindak lanjut yang terlebih dahulu menyusun skala prioritas ini karena telah berbuah hasil yang dapat menanggulangi permasalahan yang sangat mengganggu tadi, yaitu dengan akan diberikannya bantuan berupa lima unit komputer pada tahun ajaran baru dari DITJEN DIKDASMEN dan PEMKAB Bandung Barat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN PEMANFAATAN LABORATORIUM KOMPUTER SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. Menurut Surakmad (1994; 131) “metode merupakan suatu cara utama yang di pergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu”. Berdasarkan fokus telaahan dalam penelitian ini yaitu bermaksud mencari informasi tentang proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam memanfaatkan laboratorium komputer sabagai sumber belajar mata pelajaran TIK untuk meningkatkan kompetensi siswa kelas IX di SMPN 3 Padalarang, maka pendekatan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskritif analitik sehingga data yang diperoleh berupa kata-kata, gambar, perilaku dan tidak tertuang dalam bentuk angka-angka atau bilangan statistik. Penelitian kualitatif memberikan perhatian lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori substansif berdasarkan dari konsep-konsep yang timbul dari data empiris. Oleh karena itu Penelitian kualitatif memerlukan ketajaman analisis, objektifitas, sistematik sehingga diperoleh ketepatan dalam menginterpretasikan sebab hakikat dari suatu fenomena atau gejala itu terjadi.Dengan penelitian kualitatif akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Margono, 1996; 36). Berkaitan dengan hal di atas, Bogdan dan Biklen dalam (Suprayogo dan Tobroni, 2001 :122) telah menguraikan:

  1. Riset kualitatif mempunyai latar alami karena merupakan alat penting adalah adanya sumber data yang langsung dari perisetnya;
  2. Riset kualitatif bersifat deskriptif yaitu menjabarkan atau menggambarkan data, fakta dan peristiwa menjadi informasi yang diperlukan;
  3. Riset kualitatif lebih memperhatikan proses ketimbang hasil atau produk semata;
  4. Periset kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif;
  5. “Makna” (bagaimana subjek yang diteliti member makna hidupnya dan pergumulannya) merupakan soal esensi untuk rancangan kualitatif.

Berikut adalah pertimbangan-pertimbangan mengapa penelitian kualitatif dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya:

  1. Fokus penelitian diperoleh dari hasil observasi aktual;
  2. Penelitian dilakukan secara intensif dimana peneliti terlibat secara partisipatif dalam sosial penelitian;
  3. Instrumen utama adalah peneliti;
  4. Pertanyaan penelitian banyak dikembangkan selama penelitian berlangsung;
  5. Dipergunakan wawancara terbuika baik formal maupun informal;
  6. Dipergunakan berbaagai teknik pengumpulan data penelitian serta analisis data hasil penelitian;
  7. Proses penelitian dibiarkan sesuai realitas yang terjadi tanpa adanaya rekayasa peneliti sehingga tidak mengganggu kehidupan social penelitian;
  8. Kesimpulan penelitian merupakan hasil bersama antara peneliti dengan pihak terkait dalam penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini memusatkan perhatian kepada masalah aktual yang terjadi pada saat berlangsungnya penelitian. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat. Hal ini sejalan dengan Travers (Suprayogo dan Tobroni, 2001: 137), berpendapat bahwa “Metode deskriptif menggambarkan sifat atau keadaan sementara berjalan pada saat penelitian dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu”. Sehinnga metode deskriptif menekankan objek yang sedang diselidiki dalam keadaan sekarang (pada waktu penelitian dilakukan). Selain Travers, pendapat yang senada juga datang dari Sudjana dan Ibrahim (2001 :64). “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan”.   Teknik penelitian deskriptif mempunyai kekhususan tertentu seperti yang diutarakan oleh Margono (1996 :8) bahwa penelitian deskriptif

  1. Bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang dihadapi sekarang;
  2. Bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk disusun, dijelaskan dan di analisis. Penelitian ini baisanya tanpa hipotesis. Jika ada hipotesis biasanya tidak di uji menerut analisis statistik.

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang memusatkan perhatian pada pengamatan orang dalam lingkungannya, berinteraksi dengan meraka dan berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka. S. Nasution (1988 :5) mengemukakan bahwa “Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungannya berinteraksi dengan meraka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”. Menurut Ali (1992:159) “penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami”. Maka latar penelitian berlangsung dalam latar alami (natural setting) bukan latar buatan. Pemilihan metode penelitian kualitatif dalam penelitian ini didasari bahwa peneliti bermaksud mengkaji dan menggambarkan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi tentang pemanfaatan laboratorium komputer sebagai sumber belajar mata pelajaran TIK pada siswa kelas IX di SMPN 3 Padalarang. Penelitian kualitatif berupaya untuk mencari makna yang mendasari tingkah laku subjek yang hasil akhirnya berupa deskripsi atau uraian dari data atau temuan di lapangan yang dianalisis menggunakan bahasa verbal untuk mendiskusikan suatu fenomena atau peristiwa. Menurut Bogdan dan Knopp (1982), “Penelitian kualitatif biasanya menggunakan cara-cara observasi, wawancara, analisis dokumen, buku, video tape dan photo dalam pengumpulan datanya”. Dalam penelitian ini, pengamatan yang dilakukan mengenai pemanfaatan laboratorium komputer pada mata pelajaran TIK oleh siswa kelas IX di SMPN 3 Padalarang bersifat langsung dan tanpa ada pengaruh ataupun rekayasa dari peneliti, proses belajar mengajar dibiarkan berlangsung seperti biasanya terjadi sehari-hari. Data yang diharapkan dapat terkumpul oleh peneliti adalah berupa deskripsi tentang perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta faktor pendukung juga faktor penghambat mengenai pemanfaatan laboratorium komputer pada mata pelajaran TIK oleh siswa kelas IX di SMPN 3 Padalarang, semua data tersebut sifatnya alamiah, murni tanpa ada intervensi dari peneliti. Selanjutnya data yang telah terkumpul dari hasil pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan hasil dokumentasi akan di uji kredibilitasnya melalui perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan membercheck. Setelah uji kredibilitas tersebut data yang ada dikumpulkan untuk di olah dan di analisis secara kritis.

  1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sorotan utama dari suatu penelitian atau yang akan dijadikan sumber data dari penelitian yang dilakukan. Subjek penelitian dapat berupa barang atau manusia. Nasution dalam Mulyudi (2003 :73) mengungkapkan bahwa: “Subjek penelitian adalah sorotan utama semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”   Sumber data atau inforrmasi dalam penelitian kualitatif bersifat memahami terhadap fenomena atau gejala-gejala sosial, karena itu bersifat to learn about the people (masyarakat sebagai subjek). Dalam penelitian kualitatif Meleong (2000 :26) menyarankan sumber data tidak dapat ditetapkan jumlahnya sebelum penelitian dilakukan, namun ditetapkan sekiranya dapat memberikan informasi akurat tentang hal yang diteliti. Sesuai dengan pendapat dari Ibrahim (2005) yang mengatakan sampel ditetapkan dengan cara purposive bukan dengan cara acak (random). Dengan demikian sumber data tergantung dari isi teori atau konsep yang digunakan dalam penelitian dan sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah berupa kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian atau sumber informasi yang ditetapkan adalah:

  1. Kepala Sekolah SMPN 3 Padalarang

Kepala Sekolah bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan pengelolaan sekolah secara formal pada Dinas Pendidikan, dan secara informal kepada masyarakat.

  1. Bidang kurikulum

Bidang kurikulum bertanggung jawab terhadap perencanaan, pembinaan, pengembangan serta evaluasi kurikulum lembaga (sekolah).

  1. Guru mata pelajaran TIK SMPN 3 Padalarang

Sebagai orang yang memegang peranan penting dalam proses transformasi ilmu dan proses belajar mengajar keran berinteraksi langsung dengan siswa.

  1. Siswa kelas IX SMPN 3 Padalarang

Siswa sebagai salah satu unsur dari strategi pelaksanaan pendidikan di sekolah. Kompetensi yang dimiliki siswa akan menjadi tolak ukur ketercapaian tujuan baik dari segi proses maupun hasil belajar yang ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

  1. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Menurut Djam’an Satori (2005), “keberhasilan penelitian kualitatif sangat bergantung pada ketelitian dan kelengkapan catatan lapangan yang disusun oleh peneliti. Catatan lapangan dapat disusun melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hal ini didukung oleh pendapat dari Nasution (1988: 84), bahwa penelitian kualitatif sangat mengemukakan manusia sebagai instrumen penelitian karena mempunyai adaptibilitas yang tinggi. adaptibilitas yang dimaksud di atas meliputi:

  1. Peneliti dapat bereaksi terhadap stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna;
  2. Peneliti dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan anekaragam data sekaligus;
  3. Setiap situasi adalah bagian dari keseluruhan penelitian, hanya manuasia yang dapat memahami situasi dalam rangka seluk-beluknya;
  4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata;
  5. Peneliti dapat dengan segera menganalisis data yang diperoleh;
  6. Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunaknnya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau penolakan;
  7. Dengan manusia sebagai instrument, respon yang aneh yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Yang menjadi intrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri, karena peneliti akan terjun langsung ke lapangan dan berusaha sendiri mengumpulkan informasi atau data melalui:

  1. Pengamatan (Observation)

Adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan sehingga akan mendapatkan data yang objektif, factual cermat, teliti dan terinci mengenai kegiatan lapangan, manusia dan situasi sosialnya. Seperti yang di ungkapkan oleh Sudjan dan Ibrahim (2001 :109) bahwa: “Observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam kondisi yang sebenarnya maupun dalam kondisi buatan”   Pelaksanaan observasi ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan konteks (hal-hal yang berhubungan dengan sekelilingnya) sehingga peneliti memperoleh makna dari informasi yang dikumpulkan mengenai pencapaian tujuan penelitian ini. Untuk memprmudah pencatatan observasi, peneliti menggunakan format pedoman observasi.

  1. Wawancara (Interview)

Adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya, biasanya wawancara digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam. Wawancara ini digunakan untuk mendapatkan atau mengungkapkan informasi mengenai baik perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi tentang pemanfaatan laboratorium Komputer sebagai sumber belajar mata pelajaran TIK siswa IX di SMPN 3 Padalarang. Wawancara hendaknya mengikuti aturan atau pedoman wawancara yang telah dibuat agar data yang diperoleh sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga dapat menjawab berbagai pertanyaan dan permasalahan dalam penelitian. Menurut Arikounto (Fariza, 2006: 51), secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara, yaitu:

  1. Pedoman wawancara tidak berstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan
  2. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci.
  3. Studi dokumentasi. Ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter atau data yang relevan mendukung penelitian. Menurut Satori (2005) kriteria seleksi dokumen:
  4. Apakah dokumen itu palsu ataukah otentik?
  5. Apakah isinya dapat diterima sebagai kenyataan?
  6. Apakah data itu cocok untuk menambah pengertian tentang gejala yang diteliti?

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan mendalami berbagai dokumen-dokumen yang ada di lingkungan SMPN 3 Padalarang dalam rangka memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.

  1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
  2. Tahap Pra Lapangan
  3. Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan dilakukan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada dan menarik untuk di jadikan sebagai fokus penelitian yang selanjutnya disusun dalam proposal penelitian.

  1. Menyusun Proposal

Selanjutnya peneliti melakukan penyusunan proposal penelitian untuk diajukan ke dewan skripsi dan dikonsultasikan dengan pembimbing akademik hingga proposal disetujui setelah mengalami bebrapa perbaikan yang disarankan.

  1. Menyiapkan Surat Ijin Penelitian

Adapun surat yang harus dimiliki oleh peneliti sebelum melakukan kegiatan penelitian adalah:

  • SK pengangkatan pembimbing
  • Surat permohonan izin penelitian dari Rektor UPI
  • Surat pengantar dari Dinas setempat.
  1. Penyusunan jadwal kegiatan penelitian

Kegiatan ini dilakukan agar penelitian berjalan secara efektif dan efisien. Kegiatan ini dirasakan perlu untuk menunjang kelancaran dalam hal ketetapan masalah penelitian di lapangan, akan tetapi sifatnya fleksibel/tidak mengikat.

  1. Tahap pekerjaan lapangan
  2. Kegiatan Orientasi

Pada kegiatan ini peneliti melakukan beberapa aktifitas seperti membaca buku, literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan permasalahan penelitian sehingga wawasan tentang yang akan diteliti akan semakin bertambah. Kegiatan orientasi dilakukan di kampus dan di lapangan. Pada masa ini peneliti mencoba melakukan observasi awal yang sifatnya informal ke lokasi penelitian di bantu dengan pihak terkait yang telah peneliti kenal sebelumnya.

  1. Kegiatan Eksplorasi

Kegiatan eksplorasi dilakukan untuk menggambarkan dan menspesifikasikan data yang diperoleh dalam tahap orientasi, di dalam tahap ini peneliti mencoba menguak permasalahan yang telah didapat pada tahap sebelumnya sehingga fokus penelitian pun ditemukan. Pengumpulan data-data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumnetasi yang lebih terarah, spesifik dan intensif.

  1. Kegiatan Member Check

Member check merupakan tahapan dimana data yang telah dikumpulkan dari responden dicek kembali, hal ini dimaksudkan agar konsistensi informasi yang telah di berikan oleh responden dapat terjaga sehingga data yang diperoleh peneliti menjadi lebih valid dan kredibel. Apabila terdapat kejanggalan ataupun ketidak cocokan dalam hal data yang tealh diperoleh dengan responden, maka akan dilakukan koreksi sampai data yang diterima cocok.

  1. Tahap analisis dan penafsiran data

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data yang telah diperoleh dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

  1. Klasifikasi data, yaitu mengumpulkan dan memilah-milah unit menjadi satu kategori terentu berdasarkan karakteristik-karakteristik yang terkait. Setiap informasi atau data yang diperoleh langsung diolah, baik dari hasil wawancara, observasi, maupun studi dokumentasi.
  2. Klarifikasi data, yaitu menguraikan kategori-kategori tersebut untuk memahami aspek-aspek yang terdapat didalamnya untuk mencari hal-hal baru. Dalam menguraikan setiap kategori tersebut, peneliti menjelaskan hubungan satu dengan lain sehingga tidak kehilangan konteks.
  3. Melalui triangulasi, yaitu membandinglkan informasi atau data yang diperoleh sumber (informan).
  4. Melakukan member check dengan ketua Jurusan sebagai sumber utama informan (data) dalam penelitian ini. Kegiatan ini dilakukan setiap selesai melaksanakan observasi dan wawancara dengan partisipan. Kegiatan terakhir dilakukan setelah selesai melakukan pengumpulan data secara keseluruhan.
  5. Reduksi Data, yaitu membuang data yang tidak diperlukan.
  6. Memberikan tafsiran yang menggambarkan pandangan peneliti dalam memberikan makna terhadap analisis unit atau kategori dan hubungan antara kategori.
  7. Menyusun hasil tafsiran atau interpretasi peneliti sebagai laporan penelitian sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan karya tulis ilmiah UPI (Universitas Pendidikan Indonesia)

Teknik analisis data yang dipakai peneliti adalah model Miles dan Huberman,1984 (Sugiyono, 2006) mereka mengemukakan bahwa aktifitas dalam hal mengolah dan analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam kegiatan ini meliputi (1).Data Reduction; (2).Data Display; (3). Conclusion Drawing /verification.

DataReduction
DataCollection
Conclusion Darwing/verification
DataDisplay

Bagan 3.1 Teknik pengolahan data kualitatif model Miles dan Huberman.

  1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dai penelitian kualitatif adalah pada temuan. Hal ini senada dengan apa yang diutarakan Sugiyono, 2006 : “…apabila peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data”   Reduksi data merupakan proses berfikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti baru, dalam mereduksi data dapat berdiskusi dengan teman atau orang yang di pandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

  1. Data Display

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, karena dalam data display data akan lebih terorganisir, tersusun dalam pola-pola yang ada. Di dalam penelitian kualitatif, data display bias dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan, tabel, grafik, flowchart dan sejenisnya. Sehubungan dengan ini, Miles dan Huberman (1984) berpendapat “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

  1. Conclusion Drawing/Verification

Langkah berikutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal (asumsi) yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data. Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi suatu objek yang sebelumnya masih belum atau bahkan tidak jelas sehingga setelah diteliti hal itu menjadi jelas.  

  1. Validitas Hasil Penelitian

Untuk menjaga validitas dan keobyektifan hasil penelitian dalam penelitian studi kasus, analisis, tafsiran, dan kesimpulan dilakukan dengan penggunaan uji validitas. Validitas dan objektivitas merupakan persoalan yang fundamental dalam kegiatan penelitian. Validitas merupakan suatu model atau pola dari keseluruhan penelitian (body of knowledge). Robert K. Yin dalam bukunya Case Study Research Design and Methods (Suprayogo dan Toboroni, 2001:186) mengemukakan empat hal dalam rangka validitas dan reallibilitas penelitian, sebagai berikut:

  1. Validitas Internal

Validitas internal atau bisa disebut sebagai kebenaran data penelitian kualitatif. Validitas internal membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan, dan apakah penjelasan yang diberikan memang sesuai dengan apa yang sebenarnya ada atau terjadi. Dalam penelitian ini untuk mencapai kebenaran data berdasarkan hal-hal berikut. Pertama, membuat pola penjodohan dengan analisis sebab akibat, aksireaksi atau pengaruh mempengaruhi. Kedua, penyusunan ekplanasi, maksudnya apakah konstruksi yang dibuat berdasarkan data yang diterima terssbut dapat dipertanggungjawabkan. Ketiga, analisis deret waktu dari peristiwa-peristiwa atau fenomena-fenomena yang terjadi.

  1. Validitas Eksternal
  2. Nasution (2000:107) berpendapat bahwa validitas eksternal atau beliau mengistilahkan dengan transperabilitas adalah berkenaan dengan generalisasi, yakni hingga manakah generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi kasus-kasus lain di luar penelitian. Atau dengan kata lain berkenaan dengan tingkat aplikasi , apakah hasil penenlitian itu juga berlaku bagi situasi lain. Sedangkan menurut Yin (Suprayogo dan Toboroni, 2001: 186), peneliti hendaknya menggunakan logika replikasi, yaitu seandainya penelitian yang sama dilakukan oleh orang lain, dengan menggunakan pendekatan yang samaniscaya hasilnya akan sama atau hampir sama.
  3. Validitas Konstruk

Teknik pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara pada penelitian ini tidak dapat dilepaskan dari aktivitas melakukan konstruksi sosial. Terdapat tiga hal yang dilakukan dalam membuat konstruk ini, yaitu: (a). Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan multi sumber bukti (manusia, lingkungan, dokumen, dan fenomena); (b). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber informasi adalah informan (Ketua program, Guru, dan Siswa), dan dokumen yang berkaitan dengan pemanfaatan studio televisi sebagai sumber belajar; (c). Dalam pengumpulan data peneliti harus membangun rangkaian bukti (melakukan cross check) antara satu data dengan data lainya, dalam hal ini peneliti membandingkan berbagai dokumen yang tersedia dan ada.

  1. Realibilitas

Realibilitas diperlukan untuk menguji konsistensi hasil penelitian, peneliti melakukan langkah-langkah untuk tetap menjaga konsistensi dan kebenaran hasil penelitian yang dilakukan oleh manusia. Audit trial dilakukan untuk menjaga kredibilitas data hasil penelitian, audit trial yaitu dengan melakukan pemeriksaan guna meyakinkan hal hal yang dilaporkan memang demikian adanya. Hal ini dilakukan dengan jalan; (1). Mencatat dan merekam dengan selengkap mungkin hasil wawancara, observasi maupun studi dokumentasi sebagai data mentah guna kepentingan analisis selanjutnya; (2) menyusun hasil-hasil analisis dengan cara menyeleksi data mentah tersebut, kemudian merangkum atau menyusun dalam bentuk deskripsi sebagai display data; (3). Melaporkan keseluruhan proses penelitian dari sejak studi orientasi dan menyusun desain penelitian sampai dengan pengolahan data.

  1. Kredibilitas Hasil Penelitian
  2. Perpanjangan Pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab, semakin terbuka dan saling mempercayai sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan. Menurut Susan Stainback (Sugiyono, 2006), “rapport is a relationship of mutual trust and emotional affinity between two or more people”. Dalam perpanjangan pengamatan ini, peneliti akan lebih memfokuskan untuk menguji kembali data yang telah diperoleh.

  1. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan, dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Menurut Sugiyono. 2006, tentang meningkatkan ketekunan adalah sebagai berikut: “…dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak sehingga dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis”.   Sebagai bekal untuk peneliti dalam peningkatan ketekunan ini di tempuh dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti sehingga wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam untuk memeriksa data yang ditemukan.

  1. Triangulasi

Triangulasi dalam uji kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dan berbagai cara dan berbagai waktu. Pertama. Triangulasi sumber, adalah untuk menguji kredibilitas data dan dilakukan dengan cara mengecek kembali data yang telah diperoleh. Sebagai contoh menguji kredibilitas tentang motifasi kerja karyawan, maka pengumpulan dan pengujian data dilakukan kepada atasan yang memberi tugas, kepada bawahan dan rekan sejawat yang merupakam kelompok kerja. Data yang telah didapat kemudian dideskripsikan dan dikategorikan, setelah itu dianalisis. Kedua. Triangulasi teknik, adalah untuk mengecek kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama namun dengan teknik yang berbeda. Apabila terdapat perbedaan jawaban disetiap tekniknya, maka harus melakukan diskusi lebih lanjut untuk memastikan data mana yang dianggap paling relevan. Ketiga. Triangulasi waktu, adalah mengecek kredibilitas data dari sumber yang sama namun waktunya yang berbeda, sebagai contoh pada pagi hari nara sumber masih segar sehingga dapat memberikan data yang lebih valid dan lebih kredibel. Dalam rangka menguji kredibilitas in, maka peneliti perlu mengecek kembali pada sumber yang sama dengan situasi dan waktu yang berbeda. Apabila data yang diperoleh berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sampai ditemukan kepastian datananya.

  1. Diskusi dengan Teman Sejawat

Diskusi dengan teman sejawat dilakukan dengan maksud memberi pandangan tentang yang diteliti dan sharing jika peneliti mendapatkan kesulitan atau ada pandangan lain dari teman sejawat baik tentang metode atau teknik, subjek dan lain sebagainya dalam kaitannya memberikan pencerahan dan perluasan wawasan kepada peneliti dalam melakukan penelitian, sehingga penelitian akan lebih kredibel.

  1. Analisis Kasus Negatif

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian, melakukan analisis kasus negative berarti peneliti mencari data yang berebda atau bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan. Sebagai contoh, bila ada 99% orang mengatakan bahwa sekolah A adalah sekolah yang baik dalam hal fasilitas belajarnya, sedangkan 1% menyatakan tidak (negatif) maka peneliti akan mencari tahu penyebab mengapa 1% ini muncul sampai menemukan kepastian, apabila akhirnya yang 1% ini menyatakan fasilitas sekolah A baik maka kasus negatifnya tidak aka nada lagi. Dengan demikian temuan penelitian menjadi lebih kredibel.

  1. Membercheck

Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui kesesuaian data dari pemberi data, apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data, maka data yang diterima peneliti adalah data yang valid.

BAB II PEMANFAATAN LABORATORIUM KOMPUTER SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

PEMANFAATAN LABORATORIUM KOMPUTER SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIK

BAB II

KAJIAN TEORITIS

  1. TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
  2. Definisi Teknologi Informasi Dan Komunikasi

Apabila membicarakan tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) maka kita akan berangkat dari pengertian teknologi, informasi, komunikasi, teknologi informasi dan teknologi komunikasi itu sendiri.

Teknologi merupakan hasil karya kreasi dan inovasi manusia untuk mempermudah berbagai proses dan kegiatan dalam kehidupannya. Penerapan keilmuan untuk mempelajari dan mengembangkan kemampuan dari suatu rekayasa dengan langkah dan teknik tertentu dalam suatu bidang merupakan teknologi. Jadi, Teknologi dapat diartikan sebagai suatu aplikasi dari ilmu dan rekayasa untuk mengembangkan mesin dan prosedur agar memperluas dan memperbaiki kondisi manusia, atau paling tidak memperbaiki efisiensi manusia pada beberapa aspek. Menurut Rogers (1983;12) dalam Ishak Abdulhak (2004) menyebutkan bahwa teknologi memiliki dua aspek,yaitu aspek hardware yang terdiri atas objek fisik atau bersifat material, aspek software yang terdiri dari informasi untuk penggunaan hardware tersebut.

Adapun istilah informasi memiliki keanekaragaman penjelasan, sebagai contoh Oxford English Dictionary menjabarkan informasi sebagai sesuatu yang

 

dapat diberitahukan atau diceritakan, keterangan, berita, kamus lain menyamakan informasi dengan pengetahuan “sesuatu yang diketahui”. Namun definisi lain menekankan pada aspek pengalihan pengetahuan (knowledge transfer) dalam informasi, dan menyebutnya “pengetahuan instruktif yang dikomunikasikan” atau pengetahuan yang dipindahkan otak melalui suatu pernyataan.

Informasi dapat dikatakan sebagai sejumlah data (fakta, kejadian, berita, fenomena dan lain-lain) yang sudah diolah atau diproses melalui prosedur pengolahan data dalam rangka menguji tingkat kebenarannya, ketercapaiannya sesuai dengan kebutuhan.

Kata informasi memiliki arti yang berbeda-beda tergantung pada konteks yang dimaksudkan. Secara umum, Informasi dapat diartikan merupakan hasil pengolahan data yang diproses untuk dapat disampaikan dalam berbagai bentuk yang memiliki arti tertentu agar dapat dimanfaatkan atau dimengerti oleh manusia sesuai dengan komponen dan media penyampaiannya masing-masing.

Pada dasarnya istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu Communicare yang artinya memberitahukan; berpartisipasi atau menjadi milik bersama. Apabila dirumuskan lebih luas, ternyata komunikasi mengandung makna menyebarkan informasi, berita, peasn, pengetahuan, nilai-ilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama antara penyampai peasn sebagai komunikator dan penerima pesan sebagai komunikan.

Komunikasi adalah proses sistematik bertukar informasi di antara pihak-pihak, biasanya lewat sistem simbol biasa. Lebih lanjut lagi, Deni Darmawan (2007; 25) mengungkapkan:

 

 

“Komunikasi secara ilmiah dapat berarti proses penyampaian pesan atau informasi dari pengirim (komunikator atau sender) kepada penerima (komunikan atau reciever)dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak (menggunakan media) untuk mendapatkan feed back.”

 

Scrhamm menjabarkan pengertian umum komunikasi itu ke dalam tiga kategori pokok dengan beberapa istilah khasnya yaitu sebagai berikut:

  • Encode atau penyandi, yaitu komunikator yang mempunyai informasi atau pesan tertentu yang disjikan dalm bentuk sandi atau kode, seperti bahsa lisan, tulisan dan rumusan dalam lambang visual.
  • Sign atau signal, yaitu pesan, berita, atau pernyataan tertentu yang ditujukan kepada dan diterima oleh seseorang atau kelompok orang orang penerima. Pesan itu dapat dilukiskan dalam bentuk gerak-tangan, mimik, kata-kaya lisan atau tulisan, rumusan, gambar, foto, grafik, peta, diagram dan lain-lain.
  • Decoder yaitu komunikan yang menerima pesan. Makna decoder adalah pemecah sandi atau lambang itu harus dapat dipecahkan, dipahami, dihayati, disimak dan dimengerti betul makna isinya.

 

Encoder(penyandi)
Sign/Signal(tanda/lambang)
Decoder(Penerima sandi)

 

 

 

Bagan.2.1 Proses Komunikasi

 

  1. Teknologi informasi

Secara sederhana teknologi informasi dapat dikatakan sebagai ilmu yang diperlukan untuk mengelola informasi agar informasi tersebut dapat dicari dengan mudah dan akurat, informasi tersebut dapat disimpan dalam bentuk tulisan, suara, gambar hidup, sehingga informasi akhirnya dapat berupa ilmu dan pengetahuan itu sendiri. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi dan pengelolaan informasi.

Namun demikian, pengertian istilah Teknologi Informasi cukup banyak yang mendefinisikannya secara berbeda-beda pula, tetapi ada beberapa definisi dari Teknologi Informasi yang cukup penting yaitu:

Sumber Definisi
Williams dan Sawyer(2003) Teknologi Informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi yang membawa data, suara ataupun video.
Kamus Oxford(1995) Teknologi Informasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata, bilangan, dan gambar.
Alter (1992) Teknologi Informasi mencakup perangkat keras dan perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, memgambil, memanipulasi, atau menampilkan data
Martin (2002) Teknologi Informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi.
Lucas (2000) Teknologi Informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan infromasi dalam bentuk elektronis.
Wikipedia(2006) Teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari pengirim ke penerima sehingga lebih cepat, lebih luas sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya.Tabel. berbagai definisi teknologi informasi

Tabel.2.1 pengertian Teknologi Informasi

 

Pengertian dari Teknologi Informasi dapat diartikan secara umum sebagai suatu subyek yang luas yang berkenaan tentang teknologi dan aspek lain tentang bagaimana melakukan manajemen dan pemrosesan pengolahan data menjadi informasi. Teknologi informasi ini merupakan subsistem dari sistem informasi (information system).

  1. Teknologi komunikasi

Menurut Roggers (1986) teknologi komunikasi adalah peralatan perangkat keras dalam sebuah struktur organisasi yang mengandung nila-nilai sosial, yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses dan saling tukar informasi dengan individu-individu yang lain. Teknologi komunikasi pada dasarnya merupakan wujud hasil pemikiran dari komunikasi bermedia sebagai salah satu upaya dalam memenuhi kebutuhan informasi denghan cepat, jelas dan melampaui batas ruang dan waktu.

 

 

Karena itu teknologi informasi dengan teknologi komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang berkaitan dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan dan tranfer/pemindahan informasi antar media.

Teknologi informasi dan teknologi komunikasi merupakan sebuah keterkaitan yang sangat erat satu dengan yang lainnya Ada teknologi komunikasi yang berfungsi menyalurkan informasi, teknologi komunikasi yang berfungsi mengolah informasi, teknologi komunikasi yang berfungsi sebagai pengolah informasi dan penyimpan informasi. Deni Darmawan (2007) menyatakan:

“Teknologi informasi dan teknologi komunikasi seringkali digunakan untuk menyebut hal yang sama secara bergantian dan bahkan dalam penggunaan sehari-hari, kedua istilah tersebut seringkali diucapkan dalam nafas yang sama, karena pengertian yang terkandung dalam masing-masing istilah tersebut memang saling berkaitan satu sama lain”

 

Dapat ditarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan di atas bahwa Teknologi komunikasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat satu ke perangkat yang lainnya.

 

  1. Konsep Dasar Teknologi Informasi Dan Komunikasi

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi (Kementerian Negara Riset dan Teknologi, 2006: 6). Tercakup dalam definisi tersebut adalah semua perangkat keras, perangkat lunak, kandungan isi, dan infrastruktur komputer maupun komunikasi.

Istilah TIK atau ICT (Information and Communication Technology) muncul setelah berpadunya teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya) dengan teknologi komunikasi sebagai sarana penyebaran informasi pada paruh kedua abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang sangat pesat, jauh melampaui bidang-bidang teknologi lainnya.

Bahkan sampai awal abad ke-21 ini, dipercaya bahwa bidang TIK masih akan terus pesat berkembang dan belum terlihat titik jenuhnya sampai beberapa dekade mendatang. Pada tingkat global, perkembangan TIK telah mempengaruhi seluruh bidang kehidupan umat manusia. Intrusi TIK ke dalam bidang-bidang teknologi lain telah sedemikian jauh sehingga tidak ada satupun peralatan hasil inovasi teknologi yang tidak memanfaatkan perangkat TIK.

Seseorang akan lebih memahami teknologi apabila software (ide dan informasi) tersebut dapat direflesikan pada inovasi dan penemuan-penemuan ataupun memperbaiki yang sifatnya hardware (materi).

Sehubungan dengan uraian di atas, Deni Darmawan (2007; 22) menyimpulkan bahwa untuk memahami teknologi, maka dapat dilakukan dari empat perspektif, yaitu:

  1. Perspektif teknologi sebagai ide. Individu yang memahami teknologi sebagai ide akan mempunyai pikiran teknologi itu bukan berarti harus dapat diwujudkan dengan mahirnya menggunakan suatu alat tertentu, akan tetapi cukup dengan memahami bagaimana alat tersebut ada, dibuat, hingga sampai kepada dirinya sebagai konsumen alat tersebut. Oleh karena itu dia tidak akan merasa gagap teknologi.

 

  1. Perspektif teknologi sebagai rancang bangun. Pemahaman teknologi ini dapat di telaah sebagai rancang bangun. Bentuk, model,versi atau tampilan perbedaan lainnya dari sesuatu yang tentunya memberikan manfaat bagi kehidupan manusia oleh individu tertentu dapat dikatakan sebagai hasil pikir seseorang yang tadinya tidak ada menjadi ada.
  2. Perspektif berfikir inovatif. Pemahaman ini akan muncul jika seseorang telah memahami kedua perspektif di atas dan mulai merasakan bahwa apa yang ada dari wujud teknologi kebendaan (hasil dari rancang bangun) ini dirasa masih kurang memberikan manfaat dan kemudahan yang mampu mengikuti perkembangan kebutuhan hidup manusia. Secara hasil, keduanya tidak bisa adaptif lagi dengan budaya dan kehidupan manusia dari waktu ke waktu.
  3. Perspektif kebahasaan. Kata teknologi sering menggambarkan penemuan dan alat yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan. Definisi lainnya (digunakan dalam ekonomi) adalah teknologi dilihat dari status pengetahuan kita yang sekarang dalam bagaimana menggabungkan sumber daya untuk memproduksi produk yang diinginkan (dan pengetahuan kita tentang apa yang bisa diproduksi). Oleh karena itu kita dapat melihat perubahan teknologi pada saat pengetahuan teknik kita meningkat.

Menurut Abdul Kadir dan Terra CH Triwahyuni (2003; 11). Sistem teknologi informasi dapat dibedakan dengan berbagai cara pengklasifikasian. Misalnya, menurut fungsi sistem (embedded IT system, dedicated IT system dan general purpose IT system) dan menurut ukurannya.

  1. Klasifikasi sistem teknologi informasi menurut fungsi system:
  • Embedded IT system (sistem teknologi informasi yang melekat). Merupakan sistem teknologi informasi yang melekat pada produk lain. Sebagai contoh sistem VCR (video cassete recorder) memiliki sistem teknologi informasi yang memungkinkan pemakai dapat merekan tayangan televisi.
  • Dedicated IT system (sistem teknologi informasi yang khusus). Adalah sistem teknologi informasi yang dirancang untuk melakukan tugas-tugas khusus. Sebagai contoh, ATM (Anjungan Tunai Mandiri) dirancang secara khusus untuk melakukan transaksi keuangan bagi nasabah bank.
  • General purpose IT system ( sistem teknologi informasi yang serba guna). Adalah sistem teknologi informasi yang dapat digunakan untuk berbagai aktifitas yang bersifat umum. Sistem komputer yang di sebut PC (Personal Computer) merupakan contoh sistem yang serba guna, tentu saja sepanjang PC ini dilengkapi perangkat lunak yang sesuai.
  1. Klasifikasi sistem teknologi informasi menurut ukuran

Ukuran dalam pengklasifikasian sistem teknologi informasi tidak harus berupa ukuran fisik, akan tetapi lebih cenderung didasarkan pada ukuran informasi yang dapat ditampung, kemampuan sistem yang ditawarkan, kecepatan pemroses dan juga berdasarkan jumlah orang yang menggunakan sistem secara bersamaan. Berdasarkan pengkalsifikasian seperti ini terdapat berbagai istilah yang sampai saat ini tetap digunakan, menurut Abdul kadir dan Terra CH. Triwahyuni (2003; 13) menyebutkan ada lima kelompok, yaitu:

  • Adalah jenis komputer yang mempunyai kecepatan proses paling hebat. Biasa digunakan untuk menangani aplikasi yang melibatkan perhitungan yang kompleks, misalnya untuk peramalan cuaca dan perancangan roket.
  • Mainframe. Merupakan jenis komputer yang digunakan pada perusahaan-perusahaan berskala besar untuk menangani pemrosesan data dengan volume yang sangat besar.
  • Sering juga disebut sistem mindrange, biasa digunakan pada perusahaan-perusahaan berskala menengah sebagai server. Komputer jenis ini sering dimanfaatkan pada sektor perbankan.
  • Workstation. Awalnya jenis komputer ini banyak digunakan pada sektor yang berbasis grafis namun pada perkembangannya, jenis komputer ini juga banyak dimanfaatkan untuk menjadi server.
  • Lebih dikenal dengan sebutan PC (personal computer) atau komputer pribadi, seiring dengan kebutuhan informasi yang terus meningkat dari masyarakat luas, maka penggunaan jenis komputer ini melonjak dengan sangat pesat dan disesuaikan dengan kebutuhan dari si pemilik.
Nama Fungsi utama
Mikrokomputer 1.      Komputasi perseorangan2.      Client pada aplikasi clinet/server3.      Pengolahan bisnin skala kecil
Workstation Server pada aplikasi clinet/server
Minikomputer 1.      Komputasi dalam satu departemen dalam perusahaan2.      Aplikasi CAD (untuk desain produk)3.      Pengolahan bisnis skala menengah4.      Server dalam client/server
Mainframe 1.      Pemrosesan bisnis skala besar2.      Server dalam client/server
Superkomputer Perhitungan sains kompleks

Tabel 2.2 Ragam komputer

  1. Fungsi, Tujuan, Manfaat dan Ruang Lingkup Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Bagi Dunia Pendidikan
  2. Fungsi dan Tujuan TIK Bagi Dunia Pendidikan

Mengacu pada kurikulum 2004, mata pelajaran Teknologi informasi dan komunikasi diharapkan dapat membantu siswa untuk mengenal, menggunakan, merawat peralatan TIK serta menggunakan segala potensi yang ada untuk pengembangan kemampuan diri. Selain itu, penguasaan TIK akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada semua tingkatan atau jenjang.

Dengan demikian, TIK secara umum bertujuan agar siswa memahami alat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara umum termasuk komputer (computer literate) dan memahami informasi (information literate). Disamping itu siswa dapat memahami bagaimana informasi itu diperoleh, bagaimana cara mengemas atau mengolah informasi dan bagaimana cara mengkomunikasikannya. Sedangkan secara khusus, tujuan mempelajari Teknologi Informasi dan Komuikasi adalah:

  • Menyadarkan siswa akan potensi perkembangan teknlogi informasi dan komunikasi yang terus berubah sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengevaluasi dan mempelajri teknologi informasi dan komunikasi sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat.
  • Memotivasi kemampuan siswa untuk bisa beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga siswa dapat melaksanakan dan menjalankan aktifitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dan lebih percaya diri
  • Mengembangkan kompetensi siswa dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung kegiatan belajar,bekerja dan berbagai aktifitas dalam kehiduan sehari-hari
  • Mengembangkan kemampuan belajar berbasis teknologi informasi , sehingga kegiatan belajar mengajar dapat lebih optimal, menarik dan mendorong siswa terampil dalam berkomunikasi, mengorganisasi informasi dan terbiasa bekerjasama.
  • Mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif, kreatif dan bertanggung jawab dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran, bekerja dan pemecahan masalah sehari-hari.

 

  1. Manfaat TIK Bagi Dunia Pendidikan

Teknologi Informasi dan Komunikasi ini bisa dikatakan telah merasuki ke segala bidang dan berbagai lapisan di masyarakat dalam mencari informasi yang dibutuhkannya tanpa ada batasan ruang dan waktu, peranan TIK pada masa sekarang tidak hanya diperuntukkan bagi organisasi, melainkan juga untuk kebutuhan perseorangan atau individu. Bagi organisasi, TIK dapat digunakan untuk mencapai keunggulan kompetitif, sedangkan bagi perseorangan, TIK dapat digunakan untuk mencapai keunggulan pribadi, termasuk untuk mencari informasi mengenai pekerjaan, tugas sekolah, hiburan dan lain-lain.

Hal itupun terjadi di dalam dunia pendidikan, TIK dapat melahirkan fitur-fitur baru seperti sistem belajar-mengajar berbasis multimedia dimana dapat menyajikan materi pelajaran lebih menarik untuk disimak, dihayati dan dicerna oleh para siswa. Selain itu para peserta didik dapat mempelajari materi tertentu secara mandiri dengan menggunakan komputer berbasis multimedia, kini telah banyak perangkat lunak yang tergolong sebagai edutainment paduan antara education (pendidikan) dan entertainment (hiburan), e-learning dan lain-lain.

Perkembangan yang pesat dari teknologi informasi dan komunikasi telah lama dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Seperti penemuan kertas, mesin cetak, radio, televisi, tape recorder, film dan komputer. Pada hakikatnya alat-alat tersebut tidak dibuat khusus untuk keperluan pendidikan, akan tetapi alat-alat tersebut ternyata dapat dimanfaatkan menjadi media pembelajaran dan bahkan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam proses pelaksanaan pendidikan.

Pada saat ini, TIK yang masuk ke dalam dunia pendidikan dapat digolongkan ke dalam dua macam sistem. Pertama sistem perangkat komputer dan kedua adalah sistem jaringan berupa intranet dan internet. Kedua sistem ini merupakan satu kesatuan karena keduanya saling berkaitan.

Sejalan dengan uraian di atas, Syaodih dalam Deni Darmawan (2007; 49) mengemukakan bahwa:

“Teknologi dalam pendidikan meliputi dua bentuk, yaitu dalam bentuk perangkat lunak dan perangkat keras. Adapun dalam penerapannya, teknologi perangkat keras dikenal sebagai teknologi alat (tools technology) sedangkan penerapan perangkat lunak disebut juga teknoogi sistem (system technology)”

 

Pendapat lain datang dari Nasution (1995) yang menjadi inti dari teknologi pendidikan adalah programnya (software) yang harus disusun menurut prinsip-prinsip tertentu. Dengan demikian teknologi pendidikan dapat diselenggarakan tanpa alat-alat modern.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003, ternyata telah disadari penerimaan pengakuan bahwa sudah bukan masanya mengandalkan pendekatan konvensional saja dalam menyelangarakan sistem pendidikan nasional. Karena bagaimanapun juga kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan karena terbukti lebih memotivasi peserta didik.

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan yang telah diterapkan dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok. Kelompok yang pertama adalah memanfaatkan komputer untuk menyampaikan materi pengajaran itu sendiri, yang biasa dikenal dengan istilah ComputerAssited Instructional (CAI) atau Computer-Based Training (CBT). Pada pemanfaatan jenis ini, informasi yang hendak disampaikan kepada peserta didik dikemas dalam suatu perangkat lunak. Peserta didik kemudian dapat belajar dengan cara menjalankan program atau perangkat lunak tersebut di komputer.

Yang kedua adalah untuk pendistribusian materi ajar melalui jaringan internet. Materi ajar dapat dikemas dalam bentuk webpage ataupun program belajar interaktif (CAI atau CBT). Materi ajar ini kemudian ditempatkan disebuah server yang tersambung dengan internet sehingga dapat di ambil (download) oleh peserta didik.

Pemanfaatan kelompok ketiga adalah sebagai media komunikasi dengan pakar atau narasumber bahkan peserta didik yang lain. Komunikasi ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan atau mengemukakan pendapat dengan pihak lain. Hal ini akan mendorong semua yang terlibat dalam komunikasi tersbut memberikan umpan balik mengenai hala-hal yang berkaitan dengan pemahaman materi ajar.

Sampai saat ini pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran tidak hanya berlaku bagi individu (khususnya peserta didik) tetapi juga bagaimana guru sebagai penyampai materi mampu memanfaatkannya untuk kepentingan pengemasan materi yang akan diberikan kepada peserta didik. Berikut adalah manfaat yang dapat digunakan:

 

  • Memperluas background knowledge pendidik;
  • Pembelajaran yang dinamis;
  • Mengatasi keterbatasan bahan ajar;
  • Kontribusi dan pengayaan bahan ajar;
  • Implementasi CBSA.

Dengan memperhatikan pendapat-pendapat sebagaimana dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan SDM secara keseluruhan.

Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna, selain itu, siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya.

Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.

 

 

 

  1. Ruang Lingkup Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Ruang lingkup mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di Sekolah Menegah Pertama meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

  • Aspek Konsep, pengetahuan dan Operasi dasar mencakup kesehatan dan keselamatan kerja pada TIK;menerapkan etika dan aturan perangkat lunak; mengenal penggabungan dokumen pengolah data dan angka; mengenal perangkat lunak dan sistem pada internet; mengenal tatacara, akses dan pelayanan internet.
  • Aspek pengolahan Informasi untuk Produktifitas meliputi memodifikasi dokumen program pengolah kata; menggabungkan dokumen pengolah kata dan angka; demonstrasi akses web dan e-mail.
  • Aspek pemecahan masalah, eksplorasi dan komunikasi meliputi membuat karya dokumen dengan pengolah kata dan gabungan dokumen pengolah kata dan angka; mencari dan berkomunikasi melaui internet.

 

  1. Aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi di Sekolah

Menghadapi abad ke-21, UNESCO melalui “The International Commission on Education for the Twenty First Century” merekomendasikan pendidikan yang berkelanjutan (seumur hidup) yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran, yaitu: Learning to know (belajar untuk menguasai. pengetahuan), Learning to do (belajar untuk menguasai keterampilan ), Learning to be (belajar untuk mengembangkan diri), dan Learning to live together (belajar untuk hidup bermasyarakat).

Untuk dapat mewujudkan empat pilar pendidikan di era globalisasi informasi sekarang ini, para guru sebagai agen pembelajaran perlu menguasai dan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.

Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul Rebooting: The Mind Starts at School dalam Wijaya Kusumah (2008). Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa:

“Ruang kelas di era millenium yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber classroom” atau ruang kelas maya sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut “interactive learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet”

 

Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan; (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja; (3) dari kertas ke “on line” atau saluran; (4) dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja; (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Pernyataan di atas senada dengan apa yang diutarakan oleh WijayaKusumah (2008) dalam tulisannya “Aplikasi dan Potensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Dalam Pembelajaran Di Sekolah”.

Peran guru telah berubah dari: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi menjadi sebagai fasilitator pembelajaran dan mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan mengarahkan, menjadi lebih banyak memberikan alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa.

Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif, (2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.

Dalam prakteknya, pemanfaatan TIK lebih akrab disebut dengan kata e-learning. Menurut Rosenberg (2001), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu:

  • E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,
  • Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar,
  • Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional.

Apabila ditelaah kembali, dalam hal penggunaan e-learning itu akan menimbulkan cyber space dan juga cyber teaching. Guru dapat memberikan materi melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Cyber space dapat dartikan sebagai pemberian layanan oleh guru tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa, demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber. Sedangkan cyber teaching atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet

Selain e-learning, potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah dapat juga memanfaatkan e-laboratory dan e-library. Adanya laboratorium virtual memungkinkan guru dan siswa dapat belajar menggunakan alat-alat laboratorium atau praktikum tidak di laboratorium secara fisik tapi dengan menggunakan media komputer. Perpustakaan elektronik (e-library) sekarang sudah menjangkau berbagai sumber buku yang tak terbatas untuk bisa diakses tanpa harus membeli buku/sumber belajar tersebut.

Sedangkan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi diajarkan sebagai salah satu mata pelajaran keterampilan yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara terpisah atau bersama-sama dengan mata pelajaran keterampilan lainnya. Alokasi waktu pembelajarannya secara keseluruhan untuk jenjang SMP/MTs adalah 72 jam pelajaran untuk selama 3 tahun, atau ekivalen dengan 2 jam pelajaran per minggu untuk waktu 1 tahun jika mata pelajaran ini dibelajarkan secara terpisah dan mandiri.

Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak, sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas. Hal itu telah mengubah peran guru dan siswa dalam pembelajaran.

 

  1. KONSEP SUMBER BELAJAR
  2. Definisi dan Konsep Dasar Sumber Belajar

Menurut Rohani (2006). Sebuah kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien dalam usaha pencapaian tujuan instruksional jika melibatkan komponen proses belajar secara terencana, sebab sumber belajar sebagai komponen penting dan sangat besar manfaatnya.

Sumber belajar  dapat diartikan sebagai segala hal di luar diri anak didik yang memungkinkannya untuk belajar yang dapat  berupa pesan, orang, bahan, alat teknik dan lingkungan. Uraian tersebut dapat di lihat dari defenisi AECT (Association  For  Educaton Communication Technology) yang menyatakan pengertian sumber belajar sebagai berikut :

“Sumber belajar untuk teknologi pendidikan meliputi semua sumber (data, orang, barang) yang dapat digunakan oleh peserta didik baik secara tepisah maupun dalam  bentuk gabungan, biasanya dalam situasi informal, untuk memberikan fasilitas belajar”

 

Menurut F. Persifal dan H. Elington dalam Rahadi (2005), pusat sumber belajar adalah tempat atau bangunan yang dirancang secara khusus untuk tujuan menyimpan, merawat, mengembangkan, dan memanfaatkan berbagai sumber belajar, baik untuk kebutuhan belajar secara individual maupun kelompok. Oleh karena itu Ricard N. Tuker (1979), menyebutnya sebagai media center.

Namun pendapat tentang sumber belajar tidak hanya terbatas pada bahan dan alat ataupun fasilitas yang digunakan dalam proses belajar mengajar saja datang dari Barbara B. Seels (1994) bahwa sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk membantu tiap orang untuk belajar dan orang tersebut dapat menampilkan kompetensinya. Sependapat dengan Barbara B Seels, Yusufhadi Miarso (2005) mengutarakan tentang konsep dasar sumber belajar, yakni:

”…sumber belajar dalam pembelajaran termasuk orang (penulis buku, prosedur media, dan lain-lain), pesan (yang tertulis dalam buku-buku atau tersaji lewat media), media (buku, program kontrol, radio, dan lain-lain), alat (jaringan kontrol, radio, dan lain-lain), cara-cara tertentu dalam mengolah/ menyajikan pesan, serta lingkungan dimana proses pendidikan itu berlangsung”

 

Secara tradisional, sumber belajar adalah guru dan buku paket. Padahal sumber belajar yang ada di sekitar sekolah sangat banyak dan sangat di sayangkan berbagai sumber belajar yang banyak tersebut belum bisa dimanfaatkan secara maksimal karena sumber belajar merupakan suatu unsur yang memiliki peranan penting dalam menentukan proses belajar agar pembelajaran menjadi efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.

Ungkapan ini diperkuat oleh Parsifal dan Ellington dalam Rahadi (2005), bahwa dari sekian banyaknya sumber belajar hanya buku teks yang banyak dimanfaatkan. Sumber belajar sebagaimana di ketahui adalah sarana atau fasilitas pendidikan yang merupakan komponen penting untuk terlaksananya proses belajar mengajar di sekolah.

Dari sekian banyak pendapat tentang definisi sumber belajar di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan guru maupun siswa dalam mempelajari materi pelajaran, sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran tersebut yang mengorganisasikan berbagai sumber belajar ke dalam sistem pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar.

Pada prinsipnya sumber belajar mencakup orang, isi, pesan, media, alat, teknik dan latar lingkungan yang mengandung informasi dan dirancang atau dimanfaatkan untuk memfasilitasi seseorang belajar, sehingga memungkinkan peserta didik untuk belajar secara mandiri.

Mengingat sedemikian pentingnya peranan sumber belajar terhadap efektifitas dan efisiensi proses juga hasil belajar mengajar bagi siswa dan guru, maka pengadaan, pemerataan sampai dengan mengintegrasikan sumber belajar kepada proses belajar mengajar dirasakan sangat dibutuhkan demi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

Pada dasarnya sumber belajar yang di pakai dalam pendidikan adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan di buat agar memungkinkan siswa belajar secara individual. Untuk menjamin bahwa sumber belajar tersebut adalah sumber belajar yang cocok untuk dimanfaatkan, Fred Percipal (1998) ada tiga persyaratan sumber belajar yaitu sebagai berikut:

  1. Harus tersedia dengan cepat
  2. Harus memungkinkan siswa untuk memacu diri sendiri
  3. Harus bersifat individual misalnya harus dapat memenuhi berbagai kebutuhan para siswa dalam belajar mandiri.

Berdasarkan pada persyaratan tersebut maka sebuah sumber belajar harus berorientasi pada siswa secara individu, berbeda dengan sumber belajar tradisional yang dibuat berdasarkan pada pendekatan yang berorientasi pada guru atau lembaga pendidikan. Dalam kegiatan instruksional ada banyak sumber dan daya yang dapat kita manfaatan baik yang tedapat di ruang maupun yang banyak terdapat di sekitar kita, dan semuanya bermanfaat untuk meningkatkan cakrawala berfikir siswa dalam rangka peningkatan hasil belajar.

 

  1. Tujuan, Fungsi dan Manfaat Sumber Belajar
  2. Tujuan dan Fungsi sumber belajar

Pusat sumber belajar bertujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan proses belajar-mengajar melalui pengembangan sistem instruksional. Hal ini dilaksanakan dengan menyediakan berbagai macam pilihan untuk menunjang kegiatan kelas dan untuk mendorong penggunaan cara-cara yang baru yang paling sesuai untuk mencapai tujuan program akademis.

Hal ini senada dengan pendapat dari Semiawan dalam Trimo (2008). Beliau menyebutkan bahwa:

“fungsi utama sumber belajar adalah membuat proses belajar-mengajar lebih bermakna, melalui pemanfaatan sumber belajar yang tepat, maka guru dapat membuat proses belajar-mengajar lebih bermakna”

 

Fungsi sumber belajar lainnya adalah mengeratkan hubungan siswa dengan lingkungan. Hal tersebut berhubungan dengan pemanfaatan sumber belajar yang dilakukan guru. Semakin guru memanfaatkan sumber belajar yang berasal dari lingkungan sekitar, maka siswa semakin dekat dengan lingkungannya. Hal ini dirasakan penting karena siswa dapat lebih menyelami apa yang sedang dipelajari sehingga dapat menunjang pembelajaran yang meaningfull learning.

Pendapat yang lain diutarakan oleh (Semiawan, 1992:100) dalam Trimo (2008). Adapun fungsi sumber belajar sebagai:

  1. Sarana mengembangkan keterampilan memproseskan perolehan,
  2. mengeratkan hubungan antara siswa dengan lingkungan,
  3. mengembangkan pengalaman dan pengetahuan siswa,
  4. membuat proses belajar-mengajar lebih bermakna.

Lebih lanjut lagi, Hanafi (1983: 4-6) mengemukakan bahwa fungsi dari sumber belajar itu adalah untuk menghindari proses belajar yang verbal dan hanya satu arah saja, berikut penjelasannya:

  • Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.
  • Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.
  • Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
  • Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.
  • Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
  • Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.

Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa.

 

  1. Manfaat sumber belajar

Peningkatan mutu pendidikan dapat kita lakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan berusaha untuk memahami bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana informasi yang diperoleh dapat di proses dalam pikiran mereka sehingga menjadi milik mereka serta bertahan lama dalam pikirannya. Di sisi lain adanya tuntutan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar siswa sendiri erat kaitannya dengan ketersediaan sumber belajar, pengelolaan dan pemanfaatannya dalam proses pembelajaran.

Dengan kata lain, kita perlu menyadari bahwa peserta didik merupakan sumber daya manusia sebagai aset bangsa sangat berharga. Oleh sebab itu, perlu diupayakan penerapan iklim belajar yang tepat untuk menciptakan lulusan yang benar-benar kreatif, inovatif dan berkeinginan untuk maju melalui pemanfaatan sumber belajar untuk mengembangkan potensinya secara utuh dan optimal.

Dalam melaksanakan kegitan belajar mengajar, guru sewajarnya memanfaatkan sumber belajar, karena pemanfaatan sumber belajar merupakan hal yang sangat penting dalam konteks belajar mengajar tersebut. Dikatakan demikian karena memanfaatkan sumber belajar akan dapat membantu dan memberikan kesempatan belajar yang berpartisipasi serta dapat memberikan  perjalanan belajar yang kongkrit. Kemudian dapat juga memperluas cakrawala dalam kelas, sehingga tujuan yang telah ditentukan dapat di capai dengan efisien dan efektif.

Berikut ini adalah beberapa manfaat sumber belajar menurut P&K (1983:7) dalam Karwono (2000), yaitu:

  1. Sumber belajar dapat memberikan perjalanan belajar yang kongkrit dan langsung kepada pelajarnya. Seperti kegiatan darma wisata ke pabrik, pusat tenaga lstrik, pelabuhan dan sebagainya.
  2. Sumber belajar menyajikan sesuatu yang tidak mungkin di adakan atau di kunjungi dan di lihat secara langsung oleh siswa. Contohnya seperti penggunaan peta, denah, foto dan sebagainya.
  3. Sumber belajar dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas, misalnya buku, foto-foto dan nara sumber.
  4. Sumber belajar dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaru, misalnya penggunaan buku teks, majalah, dan orang sumber informasi.
  5. Sumber belajar dapat memecahkan masalah pendidikan atau pengajaran baik dalam lingkup mikro maupun makro.
  6. Sumber belajar dapat memberikan motivasi yang positif, lebih-lebih jika di atur dan direncanakan pemanfaatannya dengan tepat.
  7. Sumber belajar dapat merangsang untuk berfikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.

Berdasarkan ke tujuh poin di atas maka dapat kita lihat besarnya manfaat sumber belajar dalam proses pembelajaran, dan menggunakan sistem pendekatannya berorientasi pada siswa sehingga betul-betul menekankan pada perkembangan pola pikir siswa..

Karwono (2000) dalam tulisannya “Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Dan Hasil Pembelajaran” menunjukkan manfaat dari sumber belajar dalam berbagai pola pembelajaran, yaitu:

 

  1. Pola Instruksional Tradisional

Pembelajaran tradisional pada umumnya guru mempunyai kedudukan sebagai satu-satunya sumber belajar dalam sistem instruksional. Guru memegang kontrol dan kendali sepenuhnya dalam menetapkan isi dan metode belajar, bahkan kadang-kadang juga dalam menilai kemajuan belajar mahasiswa. Pola instruksional ini dapat disebut dengan diagram berikut:

 

Bagan 2.1 Pola instruksional Tradisional

 

 

  1. Pola Instruksional dengan sumber belajar berupa orang dibantu sumber lain.

Kecenderungan standarisasi masukan pada dasarnya beranggapan bahwa adanya standar tersebut mempunyai nilai ekonomis, di samping juga dapat memperbaiki kontrol atas proses kegiatan. Nilai ekonomis yang diperoleh dengan adanya standar masukan, misalnya atas buku teks, satu bentuk dan desain gedung serta fasilitas sekolah, satu bentuk papan tulis dan lain-lain sumber.

Perkembangan teknologi mula-mula dengan ciri instrumentasi sebagai perpanjangan anggota badan manusia mengubah orientasi, mengubah teknik, dan juga mengubah situasi belajar. Dalam situasi inilah maka dalam pola instruksional terdapat sub komponen baru yaitu alat yang dipakai oleh guru sebagai sarana untuk membantu pelaksanaan kegiatan. Pola instruksional yang memanfaatkan sumber belajar lain disamping guru, dapat ditunjukkan dalam diagram berikut ini

Bagan 2.2 Pola instruksional dengan sumber belajar yang dibantu sumber lain

 

  1. Pola Instruksional dengan sumber belajar berupa orang (guru) bekerja sama dengan sumber belajar lain.

Dalam hubungan ini sumber belajar tertentu khusus dipersiapkan untuk dapat dipakai oleh peserta didik dalam kegiatan instruksional secara langsung. Sumber ini lazim berupa media yang dipersiapkan secara khusus oleh kelompok guru media yang berinteraksi dengan peserta didik secara tidak langsung, yaitu melalui media.

Guru dan guru media ini saling berinteraksi dengan peserta didik berdasarkan satu tanggung jawab bersama. Pola instruksional yang demikian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2.3 Pola Instruksional dimana terdapat tanggung jawab bersama antara guru dan sumber lain.

 

  1. Pola Instruksional dengan belajar mandiri.

Meningkatnya kebutuhan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, semakin dirasakan terbatasnya sumber belajar yang berupa guru. Memperbanyak guru yang baik tidak mungkin dapat dilaksanakan secara fisik, tetapi masih dimungkinkan memperbanyak karyanya berupa berbagai media instruksional. Dengan demikian kehadiran guru dapat sepenuhnya digantikan oleh sumber belajar yang diciptakannya. Media semacam ini disebut guru-media. Pola instruksional ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2.4 Pola instruksional dengan belajar mandiri.

 

  1. Jenis-Jenis Sumber Belajar Yang Dapat Dimanfaatkan dalam Mendukung Proses Belajar Mengajar

Secara tradisional, sumber belajar adalah guru dan buku paket. Padahal sumber belajar yang ada di sekitar sekolah, sangat banyak, sangat di sayangkan berbagai sumber belajar yang banyak tersebut belum dapat dimanfaatkan secara maksimal karena sumber belajar merupakan suatu unsur yang memiliki peranan penting dalam menentukan proses belajar agar pembelajaran menjadi efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.

Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:

  1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
  2. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Mengacu pada AECT (Association  For  Educaton Communication Technology) menyoroti lebih mendalam tentang berbagai jenis sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam proses belajar mengajar, yaitu:

  1. Pesan, adalah ajaran atau informasi yang akan disampaikan oleh komponen belajar lain yang dapat berupa ide, fakta, ajaran, nilai dan data. Dalam sistem persekolahan, maka pesan ini berupa seluruh mata pelajaran yang disampaikan kepada siswa.
  2. Orang adalah manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Contohnya : guru, dosen, pustakawan, petugas laboratorium, instruktur, widyaiswara, pelatih olah raga, tenaga ahli dan masih banyak lagi, bahkan termasuk siswa itu sendiri.
  3. Bahan, merupakan perangkat lunak (software) yang mengandung pesan belajar, yang biasanya disajikan menggunakan peralatan tertentu contohnya : buku teks, modul, transparansi (OHT), kaset program audio, kaset program video, program slide, film, program CAI dll
  4. Alat, adalah perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Contohnya : OHP, tape recorder, video recorder, video player, proyektor slide, proyektor film, komputer.
  5. Teknik, yaitu prosedur atau langkah-langkah tertentu yang disiapkan dalam menggunakan bahan, alat, lingkungan dan orang untuk menyampaikan pesan. Misalnya: demonstrasi, diskusi, praktikum, pembelajaran mandiri, sistem pendidikan terbuka/jarak jauh, tutorial tatap muka, dan lain sebagainya.

 

Apabila ditinjau dari tipenya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi:

  1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Sumber belajar semacam ini sering disebut bahan pembelajaran. Contohnya adalah : buku pelajaran, modul, program audio, program slide suara, transparansi.
  2. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya : pejabat pemerintah, tenaga ahli, pemuka agama, olahragawan, kebun binatang, waduk museum, film, sawah, terminal, surat kabar, siaran televisi, dan masih banyak lagi yang lain.

 

  1. Kriteria Memilih Sumber Belajar Untuk Mendukung Proses Belajar Mengajar

Secara skematik, prosedur merancang sumber belajar dapat mengikuti alur sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagan 2.5 Kriteria memilih sumber belajar

 

Menurut Dick and Carey (1985:15-25) tentang kriteria penggunaan sumber belajar antara lain sebagai berikut:

  1. Analisis karakteristik peserta didik, dalam pengertian sumber belajar yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik peserta didik.dan isi materi pengajaran serta penyajiannya.
  2. Sesuai dengan tujuan pembelajaran, artinya penggunaan sumber belajar perlu mengacu pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan, baik Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) maupun Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK).
  3. Sesuai dengan materi pelajaran, artinya sumber belajar yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan materi pelajaran.
  4. Kemanfaatan sumber belajar bagi peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran, dan dalam penggunaan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan guru.
  5. Sumber belajar harus menimbulkan tanggapan bagi peserta didik. Oleh karena itu guru perlu memberi semangat kepada peserta didik untuk memberikan tanggapan terhadap materi pelajaran melalui sumber belajar yang diterima.

 

  1. LABORATORIUM KOMPUTER SEKOLAH
  2. Definisi dan Konsep Dasar Laboratorium Komputer

Tanggung jawab sekolah yang besar dalam memasuki era globalisasi adalah mempersiapkan siswa untuk mengahadapi tantangan-tantangan dalam masyarakat yang sangat cepat perubahannya. Salah satu dari tantangan yang dihadapi oleh para siswa adalah menjadi pekerja yang bermutu. Kemampuan berbicara dalam bahasa asing dan kemahiran komputer merupakan dua kriteria utama yang pada umumnya diajukan sebagai syarat untuk memasuki lapangan kerja di Indonesia (dan di seluruh dunia). Mengingat sekitar 20-30 % dari lulusan SMU di seluruh wilayah nusantara ini yang melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi, dan dengan adanya komputer yang telah merambah di segala bidang kehidupan manusia, maka dibutuhkan suatu tanggung jawab yang besar terhadap sistem pendidikan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan kemahiran komputer bagi para siswa kita.

Dalam Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2008 antara lain disebutkan bahwa Departemen Pendidikan Nasional harus menghubungkan sebanyak 24.000 dalam satu jaringan pendidikan nasional. Dari jumlah tersebut 15.000 titik adalah sekolah, yakni terdiri dari SMA/MA, SMK, SMP/MTs dan SD/MI. Apabila interkoneksi ini terwujud, maka sekolah akan mendapatkan manfaat yang sangat besar. Namun manfaat ini tidak datang begitu saja kecuali bagi sekolah yang siap. Dana yang dikucurkan pemerintah untuk akses ini akan berarti bagi sekolah yang siap, namun akan mubazir bagi sekolah yang tidak siap mamanfaatkannya.

Oleh karena itu, DEPDIKNAS yang merupakan lembaga pendidikan telah menyadari akan pentingnya komputer dalam menghadapi tantangan global. Dan kini pengintegrasian komputer terhadap kurikulum sekolah dilakukan dengan membuat rancangan kriteia umum tentang laboratorium komputer sekolah melalui PERMENDIKNAS Nomor 24 Tahun 2007 Tanggal 28 Juni 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan Umum seperti table di bawah ini:

NO JENIS RASIO CAKUPAN DESKRIPSI
1 Perabot
Kursi peserta didik Kuat, stabil, aman, dan mudahdipindahkan oleh peserta didik.Ukuran memadai untuk duduk dengannyaman.Desain dudukan dan sandaran membuatpeserta didik nyaman belajar.

 

Meja peserta didik Kuat, stabil, dan aman.Ukuran memadai untuk menampung 1unit komputer dan peserta didik bekerjaberdua.Jika CPU diletakkan di bawah meja,maka harus mempunyai dudukan

minimum setinggi 15 cm.

Kaki peserta didik dapat masuk ke bawah

meja dengan nyaman.

Kursi guru Kuat, stabil, aman, dan mudahdipindahkan.Ukuran kursi memadai untuk dudukdengan nyaman.
Meja guru Kuat, stabil, aman, dan mudahdipindahkan.Ukuran memadai untuk bekerja dengannyaman.
2 Peralatan
Komputer 1 unit1 untuk 2 peserta didik, ditambah 1 unit untuk guru, ukuran monitor minimum 15”
Printer 1 unit untuk 1 lab
Scanner 1 unit untuk 1 lab
Titik aksesinternet 1 titik/lab Berupa saluran telepon atau nirkabel.2.5 LAN Sesuai banyakcomputerDapat berfungsi dengan baik.
Stabilizer Sesuai banyak komputerSetiap komputer terhubung denganstabilizer.
Modul praktek 1 set per komputer. Terdiri dari sistem operasi, pengolah kata, pengolah angka, dan pengolah gambar.

Tabel 2.3 kriteria umum laboratorium komputer sekolah

 

Laboratorium komputer merupakan salah satu komponen instrumental input dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang efektif yang urgensinya sangat dominan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan pada umumnya yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu lulusan yang optimal.

Menurut Soedirman (2006), laboratorium komputer merupakan suatu tempat untuk melakukan proses belajar yang bersifat praktik tentang materi yang membutuhkan media komputer sebagai salah satu media pembelajaran.

Seperti halnya dalam peraturan pemerintah no : 19 tahun 2005 pada bab VII pasal 42 ayat 2 dikemukakan bahwa:

“Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendiidik, ruang Tata Usaha ruang Perpustakaan, ruang Laboratorium, ruang bengkel kerja tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkalanjutan”

 

 

 

Melihat instruksi Presiden tentang jaringan pendidikan nasional (JARDIKNAS) di atas, JARDIKNAS terdiri dari empat zone, yakni zona kantor, zona perguruan tinggi, zona sekolah, dan zona perorangan. Zona sekolah disebut schoolnet. Schoolnet merupakan suatu sistem interkoneksi yang menghubungkan sekolah dalam satu jaringan. Dalam sistem ini satu sekolah dapat saling berhubungan dengan sekolah lainnya untuk bertukar informasi, saling memanfaatkan sumber belajar, berbagi keahlian (expertise share) dan mengembangkan pembelajaran non konvensional.

Sistem jaringan schoolnet terdiri dari jaringan virtual privat network (VPN) dan internet..Dengan jaringan VPN sekolah dapat memiliki akses yang lebar untuk saling berhubungan dengan sekolah lainnya ataupun dengan instansi kantor dinas secara lokal. Sedangkan dengan akses internet, sekolah dapat akses dan saling berhubungan dengan sumber-sumber informasi di mancanegara.

Bersumber pada Koesnandar (2008). Sekurang-kurangnya ada enam aspek yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan program schoolnet, yakni infrastruktur, SDM, kebijakan, pengembangan instruksional, pengembangan konten, serta kesediaan berbagi (share) informasi dan telekolaborasi.

Berikut adalah enam aspek yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan schoolnet:

Dari sisi infrastruktur, yang diperlukan oleh sekolah antara lain sambungan listrik, perangkat komputer, dan sambungan telepon. Selain itu sekolah diharapkan memiliki satu lab komputer. Idealnya lab ini merupakan lab multimedia atau pusat sumber belajar (PSB) yang terpisah dengan lab komputer yang khusus untuk pembelajaran TIK. Fungsi PSB atau lab multimedia ini antara lain tempat para siswa ataupun guru dapat mengakses sumber belajar melalui jaringan.

  1. Kesiapan SDM.

SDM setidak tidaknya terdiri dari guru sebagai user schoolnet dan teknisi sebagai unsur penunjang. Sekolah yang baik, memiliki 70% atau lebih guru yang menguasai TIK. Namun bagi sekolah pemula dalam hal TIK, ada satu atau dua orang guru yang menguasai TIK sudah cukup sebagai penggerak.

  1. Dukungan Kebijakan.

Kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan pada satuan sekolah berpengaruh sangat besar dalam hal pengembangan TIK di sekolah. Kepala Sekolah perlu mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendorong terjadinya percepatan pendayagunaan TIK di sekolahnya, baik peningkatan kualitas SDM, penyediaan ruangan, infrastruktur, inovasi dalam pembelajaran, dll. Dukungan juga diperlukan dari orang tua murid melalui musyawarah guru dan orang tua murid (MGMP).

  1. Pengembangan Sistem Instruksional.

Apabila pada masa masa lalu guru dianggap satu satunya sumber belajar sehingga seluruh aktivitas pembelajaran di sekolah terpusat pada guru, maka dengan adanya TIK, guru tidak lagi merupakan satu satunya sumber belajar. Banyak sumber belajar lain yang dapat diperoleh dari jaringan schoolnet. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, namun terdistribusi kepada setiap individu siswa. Dengan TIK setiap siswa dapat menyesuaikan kecepatan belajarnya sesuai dengan kebutuhan mereka.

 

 

  1. Pemanfaatan Konten.

Sejumlah konten yang telah disediakan oleh Departemen Pendidikan Nasional, antara lain portal http://www.e-dukasi.net, siaran TV Edukasi, buku sekolah elektronik pada situs http://bse.depdiknas.go.id. Dengan konten yang tersedia di atas diharapkan dapat membantu para guru dan siswa untuk memanfaatkan schoolnet dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran.

  1. Share informasi dan telekolaborasi.

Dengan menjadi bagian dari jaringan schoolnet para guru, juga siswa, dapat saling bertukar informasi, bertukar sumber daya, serta saling bekerjasama secara secara jarak jauh atau bertelekolaborasi. Telekolaborasi merupakan model kerjasama jarak jauh antar komunitas pendidikan yang telah diikuti oleh ribuan user.

 

  1. Tujuan, Fungsi dan Manfaat Laboratorium Komputer

Secara umum penggunaan alat laboratorium Komputer berfungsi sebagai salah satu media yang dapat dimanfaatkan untuk pemberdayaan dan penciptaan operasi yang efektif dalam membimbing dan mendorong serta membantu peserta didik dalam menyelenggarakan pendidikan yang lebih bermutu dan ketercapaian lulusan yang bermutu pula.

Lebih khusus lagi, Kardiman (2008) menyebutkan fungsi laboratorium komputer sebagai berikut:

  1. Komputer diajarkan sebagai salah satu mata pelajaran yang pelaksanaannya dilakukan pada hari efektif, sebagai upaya mempersiapkan peserta didik bersikap melek teknologi yang diperlukan dalam era globalisasi.
  2. Komputer meningkatkan mutu peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar agar mampu menguasai dasar teknologi dalam menghadapi perubahan yang dinamis dalam kehidupannya.
  3. Komputer dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mempelajari informasi baru sekaligus menyeleksi informasi yang bermanfaat bagi pendidikan.
  4. Laboratorium Komputer dapat mengembangkan pengetahuan peserta didik dalam mengimplementasikannya pada mata pelajaran lain.

 

Sedangkan tim guru SMPN 2 Sumenep (2008) berpendapat bahwa manfaat yang dapat diambil ketika proses belajar mengajar menggunakan komputer adalah:

  1. Kemampuan peserta didik dalam memanfaatkan komputer sebagai media pembelajaran.
  2. Meningkatkan pemahaman peserta didik dalam menyamakan persepsi tentang konsep kerangka dasar serta pengetahuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
  3. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan persoalan dalam kehidupan nyata.
  4. Menumbuhkan pemikiran yang reklektif serta memelihara keterlibatan aktif para siswa dalam proses belajar mengajar.
  5. Dengan teknologi komputer dasar memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan suatu pandangan yang menyeluruh serta memadukan pengetahuan yang diperoleh dari berbagai disiplin.
  6. Dengan menggunakan laboratorium komputer sebagai persiapan yang memadai agar dimasa depan dapat berperan dimasyarakat serta sebagai orientasi pendidikan dan pekerjaan dimasa yang akan datang.
  7. Dengan menggunakan laboratorium komputer dapat memberi sumbangan bagi pendidikan secara umum dengan cara memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan yang sangat diperlukan yang berpusat pada situasi kehidupan nyata.

Selain itu, proses pembelajaran menggunakan laboratorium dapat : (1) siswa dan guru terlibat dalam menyampaikan konsep berbasis pada penyelidikan, penemuan dan percobaan ; (2) siswa dan guru terlibat dalam mengaitkan konsep yang dibahas dengan kehidupan sehari-hari ; (3) siswa dan guru terlibat dan dapat memberi tugas yang berorientasi pada pengelompokan siswa; (4) siswa dan guru terlibat serta dapat menciptakan model-model pembelajaran untuk memperkuat pemahaman konsep.

Setelah menyimak beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat yang dapat diterima oleh peserta didik dan guru dalam proses belajar mengajar menggunakan komputer adalah:

  1. Dapat menfasilitasi pengembangan mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) sebagai bagian dasar pemanfaatan teknologi untuk mempersiapkan peserta didik yang memadai agar dimasa depan dapat berperan sebagai kontribusi dari penguasaan komputer.
  2. Untuk menunjang proses pembelajaran yang bermutu, teratur dan berkelanjutan.
  3. Meningkatkan pengalaman dan keterampilan dalam mengimplementasikan penguasaan komputer pada mata pelajaran lainnya.
  4. Memberikan dampak kepada siswa untuk lebih terampil mengkomunikasikan teori dengan praktik dalam PBM.
  5. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa melalui praktik-praktik lapangan.

 

  1. Standar Kelayakan Laboratorium Komputer Sekolah
    1. Spesifikasi komputer dalam memenuhi kebutuhan pembelajaran,

Bersumber pada website LKI (Laboratorium Komputer Indonesia) bahwa komputer yang dikatakan memenuhi standar nasional apabila memiliki spesifikasi minimal seperti dibawah ini:

  • Pentium d 3.4 ghz
  • Memori (ram) 256 mb
  • Harddisk 40 gb
  • Monitor 15″
  • Power Supply
    1. Tata letak laboratorium komputer yang baik

Tata letak laboratorium komputer dikatakan baik apabila memnuhi standar seperti dibawah ini:

  1. Para siswa dapat berputar di kursi mereka dan jarak pandang cukup baik.
  2. Guru dapat memantau kegiatan semua siswa selama belajar.
  3. Jalan bagi guru untuk bekerja secara individual dengan siswa sangat bagus.
  4. Pemasangan kable sangat mudah dan mudah pula di modifikasi.
  5. Para siswa tak berhubungan dengan kabel (di belakang) dan dapat di andalkan.
  6. Jika ada komputer yang memerlukan perhatihan (atau perbaikan kecil) siswa lain tak terganggu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2.1 Tata letak laboratorium yang baik

 

  1. KOMPETENSI SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
  2. Definisi dan Konsep Dasar Kompetensi

Kompetensi (competency) adalah setara dengan kemampuan. Siswa yang telah memiliki kompetensi mengandung arti bahwa siswa telah memahami, memaknai dan memanfaatkan materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Dengan kata lain, ia telah bisa melakukan sesuatu berdasarkan ilmu yang telah dimilikinya, yang pada tahap selanjutnya menjadi kecakapan hidup (life skill). Inilah hakikat pembelajaran, yaitu membekali siswa untuk bisa hidup mandiri kelak setelah ia dewasa tanpa tergantung pada orang lain, karena ia telah memiliki komptensi, kecakapan hidup. Dengan demikian belajar tidak cukup hanya sampai mengetahui dan memahami.

Dalam UU No. 20/2003 Sisdiknas pasal 35 (1) dijelaskan:

“Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati”

 

Susanto (2002) memberikan batasan bahwa kompetensi adalah segala bentuk perwujudan, ekspresi, dan representasi dari pengetahuan, sikap, perilaku utama agar mampu melaksanakan pekerjaan dengan sangat baik atau yang membedakan antara kinerja rata-rata dengan kinerja superior.

 

  1. Komponen Kompetensi

Berdasarkan definisi kompetensi di atas, maka komponen-komponen yang membentuk sebuah kompetensi menurut Spencer & Spencer (1993 : 11) adalah:

  1. Motives, yaitu konsistensi berpikir mengenai sesuatu yang diinginkan atau dikehendaki oleh seseorang sehingga menyebabkan suatu kejadian. Motif tingkah laku seperti me-ngendalikan, mengarahkan, membimbing, memilih untuk menghadapi kejadian atau tujuan tertentu.
  2. Traits, yaitu karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap informasi atau situasi tertentu.
  3. Self Concept, yaitu sikap, nilai, atau imaginasi seseorang.
  4. Knowledge, informasi seseorang dalam lingkup tertentu. Komponen kompetensi ini sangat kompleks. Nilai dari knowledge test, sering gagal untuk memprediksi kinerja karena terjadi kegagalan dalam mengukur pengetahuan dan kemampuan sesungguhnya yang diperlakukan dalam pekerjaan.
  5. Skills, yaitu kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas fisik atau mental tertentu.

 

Kelima komponen kompetensi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:

 

 

 

 

 

Gambar 2.2 komponen kompetensi model gunung es

 

  1. Kararkteristik Kompetensi

Menurut Syaodih dalam Riyana (2006) terdapat lima jenis kompetensi, yaitu:

  1. Kompetensi dasar

Merupakan kemampuan, kecakapan, keterampilan awal yang perlu dikuasai oleh siswa agar menguasai kompetensi yang lebih tinggi;

  1. Kompetensi umum

Merupakan kemampuan, kecakapan dan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan;

  1. Kompetensi vocasional

Merupakan kompetensi yang berkenaan dengan penyelesaian berbagai macam tugas-tugas dalam pekerjaan. Hampir semua pekerjaan yang terkait dengan kejuruan yang menggunakan kegiatan praktek merupakan kompetensi vocasional;

  1. Kompetensi akademis

Merupakan kompetensi yang berhubungan dengan kebiasaan untuk mengaplikasikan konsep, teori dan prinsip ilmu dalam kehidupan;

  1. Kompetensi profesional

Merupakan kompetensi tingkat tinggi, merupakan kompetensi lebih lanjut dari kompetensi sebelumnya yaitu akademis dan vocasional. Kompetensi profesional berkaitan dengan kompetensi untuk melaksanakan suatu profesi dengan standar yang yang dituntut dalam standar kompetensi tersebut.

Berdasarkan karakteristik kompetensi di atas, maka kompetensi yang terkandung dalam penelitian ini (kompetensi siswa dalam pemanfaatan lab.komputer) adalah kompetensi vocasional

 

  1. Karakteristik Siswa di Sekolah Menegah Pertama

Dalam menentukan karakteristik siswa SMP, penulis menggunakan beberapa teori perkembangan dari Piaget dalam Alpha (2005), yaitu:

Tahap perkembangan mental

  1. Sensorimotor (sejak lahir – 2 tahun)

Anak mengalami kemajuan dalam operasi-operqasi reflek dan belum membedakan apa yang ada di sekitarnya sampai pada aktifitas sensorimotor yang kompleks.

  1. Pra-operasional (usia 2 – 7 tahun)

Pada tahap ini objek-objek dan peristiwa mulai mengandung arti secara simbolis. Anak menyadari bahwa kemampuannya untuk belajar tentang konsep-konsep yang lebih kompleks mulai meningkat bila dia diberi contoh yang nyat atau familiar (telah dikenal) yang dapat digunakan untuk mendefinisikan konsep.

 

 

  1. Operasi nyata (usia 7 – 11 tahun)

Anak mulai mengatur data ke dalam hubungan-hubungan logis dan mendapatkan kemudahan dalam memanipulasi data dalam pemecahan masalah. Anak mampu membuat keputusan tetang hubungan timbale-balik.

  1. Operasi formal (usia 11 – seterusnya)

Tahap ini ditandai oleh perkembangan kegiatan-kegiatan (operasi) berpikir formal dan abstrak. Individu mampu menganalisis ide-ide, memahami tentang ruang dan hubungan-hubungan yang bersifat sementara.

Dari teori perkembangan mental di atas, maka siswa SMP dikategorikan ke dalam tahap operasi nyata, akan tetapi belum terasa menggambarkan secara lengkap apabila hanya mengambil perkembangan mental saja, karena belum memerhatikan faktor kognitif. Masih menurut Piaget dalam Nita (2005) menjelaskan tentang konsep proses kognitif,yaitu:

  1. Adaptasi

Menunjuk pada proses pemikiran individu untuk mencari keseimbangan pengalaman pribadina dalam konteks lingkungan yang mempengaruhinya;

  1. Asimilasi

Menunjuk pada proses mental individu untuk menghayati suatu situasi dari sudut pandang berpikirnya saat itu;

  1. Akomodasi

Menunjuk pada proses mental individu untuk menyesuaikan konsepsi sebelumnya dengan tuntutan situasi baru, sehingga terbentuk konsep atau cara berpikir baru;

 

 

  1. Ekuilibrasi

Menunjuk pada proses mental individu untuk melakukan serangkaian proses adaptasi (proses asimilasi dan akomodasi) dengan cara memanfaatkan feed back ataupun feed forward;

  1. Operasi

Menunjuk pada proses mental yang berkenaan dengan pemahaman tindakan yang lebih bersifat simbolik daripada teralami (eksperimental), contoh: mengurutkan, mengelompokan, membuat rangkaian, memberi nomor dan menggabungkan;

  1. Schemata

Menunjuk pada proses atau segala sesuatu yang bersifat pikiran perilaku yang dapat disimpan dan diulang serta digeneralisasikan dalam tinadakan. Schemata merupakan alat berpikir dimana kita menyimpan, mengatur dan menggunakan kembali apa saja yang telah kita pelajari.

 

  1. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar Mata Pelajaran TIK Kelas IX

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan standar proses dan standar penilaian.

Dibawah ini adalah merupakan standar kompetensi dan kompetensi dasar dari mata pelajaran TIK kelas IX yang bersumber pada DEPDIKNAS (2004)

 

 

 

Kelas IX , Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1.    Memahami dasar-dasar penggunaan Internet/intranet 1.    Menjelaskan pengertian dasar Internet/intranet2.    Memahami dasar-dasar sistem jaringan di Internet/intranet3.    Mengenal ukuran kecepatan akses Internet4.    Mengidentifikasi perangkat keras yang digunakan dalam akses Internet/intranet5.    Melakukan berbagai cara untuk memperoleh sambungan Internet/intranet

 

Kelas IX , Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1.    Menggunakan Internet untuk memperoleh informasi 1.    Mendemonstrasikan akses internet sesuai dengan prosedur2.    Mengidentifikasi beberapa layanan informasi yang ada di Internet3.    Mengakses beberapa situs untuk memperoleh informasi yang bermanfaat

 

 

BAB 1 PEMANFAATAN LABORATORIUM KOMPUTER SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

PEMANFAATAN LABORATORIUM KOMPUTER SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

BAB I

PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG MASALAH


Salah satu tantangan pendidikan dewasa ini adalah membangun keterampilan abad 21, diantaranya adalah keterampilan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, keterampilan berpikir kritis dan sistemik, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan berkomunikasi efektif dan keterampilan berkolaborasi. Keterampilan tersebut itulah yang menurut PBB merupakan ciri dari masayarakat era global saat ini, yaitu masyarakat berpengetahuan (knowledge-based scoiety). Teknologi informasi dan komunikasi (TIK), memiliki potensi yang sangat besar sebagai sarana atau alat untuk membangun keterampilan tersebut dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pendidikan modern, guru dituntut untuk mampu mengintegrasikan TIK dalam proses pembelajaran.

UNESCO (2002) menyatakan bahwa pengintegrasian TIK ke dalam proses pembelajaran memiliki tiga tujuan utama: 1) untuk membangun ”knowledge-based society habits” seperti kemampuan memecahkan masalah (problem solving), kemampuan berkomunikasi, kemampuan mencari, mengoleh/mengelola informasi, mengubahnya menjadi pengetahuan baru dan mengkomunikasikannya kepada oranglain; 2) untuk mengembangkan keterampilan menggunakan TIK (ICT literacy); dan 3) untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran. Karena secara teoritis TIK memainkan peran yang sangat luar biasa untuk mendukung terjadinya proses belajar yang: (1).Active, memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna;(2).Constructive, memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya;(3). Collaborative, memungkinkan siswa dalam suatu kelompok yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman untuk sesama anggota kelompoknya;(4). Intentional, memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan;(5). Conversational, merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah;(6). Contextualized, memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna;(7). Reflective; memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya. (Jonassen:1995 dalam Norton et al 2001).

Dukungan kebijakan pendayagunaan TIK secara nasional sesungguhnya sudah kuat, antara lain dengan adanya PERMENDIKNAS Nomor 24 Tahun 2007 Tanggal 28 Juni 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan Umum disebutkan bahwa:

“(1). kriteria minimum sarana sekolah terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah, (2). kriteria minimum prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan, ruang-ruang, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah”

 Kemudian dalam Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 2006 tentang Dewan TIK Nasional, Inpres no 5 tahun 2008 tentang jaringan pendidikan nasional, Permendiknas no 38 tahun 2008 tentang Pengelolaan TIK Depdiknas. Namun demikian, implementasi kebijakan ini di sekolah perlu lebih kongkret lagi.

 Dalam kebijakan nasional di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa TIK menjadi kunci dalam 2 hal yaitu (1) effisiensi proses dan (2) memenangkan kompetisi. Demikian juga dengan lembaga pendidikan (sekolah), tanggung jawab sekolah dalam memasuki era globalisasi yaitu harus menyiapkan siswa untuk menghadapi semua tantangan yang berubah sangat cepat dalam masyarakat kita, hal ini menyebabkan sekolah dituntut untuk mampu menghasilkan SDM unggul yang mampu bersaing dalam kompetisi global ini.

Oleh karena itu, mata pelajaran TIK ini perlu diperkenalkan, dipraktikkan dan dikuasai peserta didik sedini mungkin agar mereka memiliki bekal untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan global yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat. Untuk menghadapi perubahan tersebut diperlukan kemampuan dan kemauan belajar sepanjang hayat dengan cepat dan cerdas.

Salah satu sumber belajar TIK adalah laboratorium komputer, dalam hal pemanfaatan media komputer untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah, Koesnandar (2008) berpendapat dalam tulisannya “Bagaimana Memanfaatkan Program Schoolnet”, sekurang-kurangnya ada enam aspek yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan laboratorium komputer sebagai sumber belajar, yakni: (1). Infrastruktur; (2). Kesiapan SDM;(3). Dukungan Kebijakan; (4). Pengembangan Sistem Instruksional; (5). Pemanfaatan Konten; (6). Share informasi dan telekolaborasi.

Untuk menindak lanjutinya, pemerintah dalam Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2008 antara lain disebutkan bahwa Departemen Pendidikan Nasional harus menghubungkan sebanyak 24.000 dalam satu jaringan pendidikan nasional. Dari jumlah tersebut 15.000 titik adalah sekolah, yakni terdiri dari SMA/MA, SMK, SMP/MTs, dan SD/MI. Apabila interkoneksi ini terwujud, maka sekolah akan mendapatkan manfaat yang sangat besar.

Agar dana yang dikucurkan pemerintah untuk akses JARDIKNAS tersebur tidak mubadzir, ada berbagai kendala yang dihadapi sekolah terutama di daerah luar kota, umumnya mereka mengalami kekurangan mengenai guru yang sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan subjek atau bidang studi yang sesuai dengan latar belakang guru. Peristiwa ini didukung oleh beberapa fakta dan data dari penelitian sebelumnya seperti yang diungkap dalam penelitian Iman Sugiman (2003) yang berjudul Pemanfaatan media dan sumber belajar dalam proses pembelajaran oleh Guru di SLTP, menyimpulkan bahwa:

“pada umumnya SLTP yang ada di kota Bandung telah memiliki sebagian besar media dan sumber belajar, namun sayang keberadaan media dan sumber belajar tersebut belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh guru, hal ini terjadi karena guru kurang memahami pentingnya media dan sumber belajar sebagai salah satu komponen di dalam pembelajaran”

 

Pernyataan di atas membuktikan masih adanya permasalahan tentang pemanfaatan media pembelajaran oleh guru. Padahal, untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu;

  1. Siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru;
  2. Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru;
  3. Guru harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencapai standar akademik.

Permasalahan yang terjadi dalam hal pemanfaatan laboratorium komputer sebagai sumber belajar TIK tersebut perlu mendapat perhatian serius dikarenakan potensi besar yang dimiliki oleh TIK dalam membangun masyarakat berpengetahuan (knowledge-based scoiety) apabila tidak didukung dengan optimal maka kesenjangan ilmu pengetahuan negara kita dengan negara maju akan semakin besar dan bangsa ini akan semakin tertinggal. Oleh karena itu sebagai bentuk usaha dalam memberikan kontribusi nyata kepada bangsa. Penulis merasa perlu melakukan penelitian.

Penelitian yang akan dilakukan berjudul “Pemanfaatan Laboratorium Komputer Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK)”.

  1. PERUMUSAN MASALAH

Permasalahan pokok pada penelitian ini adalah bagaimana laboratorium komputer sebagai sumber belajar untuk meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK), diuraikan menjadi sub masalah penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana proses perencanaan dalam memanfaatkan laboratorium komputer sebagai sumber belajar mata pelajaran TIK di SMPN 3 Padalarang?
  2. Bagaimana proses pelaksanaan dalam memanfaatkan laboratorium komputer sebagai sumber belajar mata pelajaran TIK di SMPN 3 Padalarang?
  3. Bagaimana proses evaluasi dalam memanfaatkan laboratorium komputer sebagai sumber belajar mata pelajaran TIK di SMPN 3 Padalarang?
  4. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam memanfaatkan laboratorium komputer sebagai sumber belajar mata pelajaran TIK di SMPN 3 Padalarang?

 

  1. TUJUAN PENELITIAN
  2. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang pemanfaatan laboratorium komputer sebagai sumber belajar TIK di SMPN 3 Padalarang.

  1. Tujuan Khusus
  • Untuk menmperoleh data empirik mengenai proses perencanaan dalam memanfaatkan laboratorium komputer sebagai sumber belajar mata pelajaran TIK di SMPN 3 Padalarang;
  • Untuk menmperoleh data empirik mengenai proses pelaksanaan dalam memanfaatkan laboratorium komputer sebagai sumber belajar mata pelajaran TIK di SMPN 3 Padalarang;
  • Untuk menmperoleh data empirik mengenai proses evaluasi dalam memanfaatkan laboratorium komputer sebagai sumber belajar mata pelajaran TIK di SMPN 3 Padalarang;
  • Untuk menmperoleh data empirik mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat dalam memanfaatkan laboratorium komputer sebagai sumber belajar mata pelajaran TIK di SMPN 3 Padalarang.

 

  1. MANFAAT PENELITIAN
  2. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian juga memberikan informasi dan gambaran yang jelas tentang pemanfaatan laboratorium komputer di dalam proses belajar-mengajar pada mata pelajaran TIK pada jenjang SMP/MTs.

 

  1. Manfaat Praktis
  2. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat, dapat dijadikan masukan untuk pengembangan dalam memanfaatkan laboratorium komputer pada mata pelajaran TIK di lingkungan Kabupaten Bandung Barat;
  3. Bagi sekolah, dapat mengetahui kualitas mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi yang diselenggarakan di sekolah;
  4. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai refernsi ataupun pemacu untuk meningkatkan kualitas mata pelajaran TIK di sekolah;
  5. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan alternatif dan referensi ataupun sebagai inspirasi dalam mengembangkan pemanfaatan sumber belajar TIK;
  6. Bagi jurusan, dapat menjadi referensi dalam mata kuliah yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini;
  7. Bagi peneliti, memberikan pengalaman dan pemahaman baik teori ataupun praktis tentang pemanfaatan laboratorium komputer sebagai sumber belajar TIK.

 DEFINISI OPERASIONAL

  1. Laboratorium komputer. Merupakan suatu tempat untuk melakukan proses belajar yang sifatnya praktik tentang kajian komputer, dalam hal ini mata pelajaran TIK di sekolah yang telah terintegrasi dalam kurikulum nasional.
  2. Sumber belajar dapat diartikan sebagai segala hal di luar diri anak didik yang memungkinkannya untuk belajar yang dapat berupa pesan, orang, bahan, alat teknik dan lingkungan.
  3. Kompetensi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga adalah kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal (J.W.S. Purwadarminta, 2001:584). Sedangkan dalam User Usman (2000:4) Kompetensi diartikan sebagai suatu hal yang menggambarkan kualitas atau kemampuan seseorang baik kualitatif maupun kuantitatif.
  4. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah salah satu mata pelajaran keterampilan yang mempelajari pengolahan data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.
  5. Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar atau sederajat. Sekolah Menengah Pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari Kelas VII sampai kelas IX.

PROPOSAL SKRIPSI PEMANFAATAN LABORATORIUM KOMPUTER SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)



A. Judul Skripsi

PEMANFAATAN LABORATORIUM KOMPUTER SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)
(studi deskriptif terhadap siswa kelas IX di SMPN 3 Padalarang)

  1. B. Identifikasi Masalah
    1. Latar Belakang Masalah
    Salah satu tantangan pendidikan dewasa ini adalah membangun keterampilan abad 21, diantaranya adalah keterampilan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, keterampilan berpikir kritis dan sistemik, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan berkomunikasi efektif dan keterampilan berkolaborasi. Keterampilan tersebut itulah yang menurut PBB merupakan ciri dari masayarakat era global saat ini, yaitu masyarakat berpengetahuan (knowledge-based scoiety). Teknologi informasi dan komunikasi (TIK), memiliki potensi yang sangat besar sebagai sarana atau alat untuk membangun keterampilan tersebut dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pendidikan modern, guru dituntut untuk mampu mengintegrasikan TIK dalam proses pembelajaran.
    UNESCO (2002) menyatakan bahwa pengintegrasian TIK ke dalam proses pembelajaran memiliki tiga tujuan utama: 1) untuk membangun ”knowledge-based society habits” seperti kemampuan memecahkan masalah (problem solving), kemampuan berkomunikasi, kemampuan mencari, mengoleh/mengelola informasi, mengubahnya menjadi pengetahuan baru dan mengkomunikasikannya kepada oranglain; 2) untuk mengembangkan keterampilan menggunakan TIK (ICT literacy); dan 3) untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran. Karena secara teoritis TIK memainkan peran yang sangat luar biasa untuk mendukung terjadinya proses belajar yang:
    a. Active; memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.
    b. Constructive; memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
    c. Collaborative; memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
    d. Intentional; memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
    e. Conversational; memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.
    f. Contextualized; memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ”problem-based atau case-based learning”
    g. Reflective; memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri. (Jonassen:1995 dalam Norton et al 2001).

Dukungan kebijakan pendayagunaan TIK secara nasional sesungguhnya sudah kuat, antara lain dengan adanya Keputusan Presiden nomor 20 tahun 2006 tentang Dewan TIK Nasional, Inpres no 5 tahun 2008 tentang jaringan pendidikan nasional, Permendiknas no 38 tahun 2008 tentang Pengelolaan TIK Depdiknas. Namun demikian, implementasi kebijakan ini di sekolah perlu lebih kongkret lagi.
Dalam kebijakan nasional di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa TIK menjadi kunci dalam 2 hal yaitu (1) effisiensi proses dan (2) memenangkan kompetisi. Demikian juga dengan lembaga pendidikan (sekolah), tanggung jawab sekolah dalam memasuki era globalisasi yaitu harus menyiapkan siswa untuk menghadapi semua tantangan yang berubah sangat cepat dalam masyarakat kita, hal ini menyebabkan sekolah dituntut untuk mampu menghasilkan SDM unggul yang mampu bersaing dalam kompetisi global ini.
Oleh karena itu, mata pelajaran TIK ini perlu diperkenalkan, dipraktikkan dan dikuasai peserta didik sedini mungkin agar mereka memiliki bekal untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan global yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat. Untuk menghadapi perubahan tersebut diperlukan kemampuan dan kemauan belajar sepanjang hayat dengan cepat dan cerdas.
Salah satu sumber belajar TIK adalah laboratorium komputer, dalam hal pemanfaatan media komputer untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah, Koesnandar (2008) berpendapat dalam tulisannya “Bagaimana Memanfaatkan Program Schoolnet”, sekurang-kurangnya ada enam aspek yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan laboratorium komputer sebagai sumber belajar, yakni: (1). Infrastruktur; (2). Kesiapan SDM;(3). Dukungan Kebijakan; (4). Pengembangan Sistem Instruksional; (5). Pemanfaatan Konten; (6). Share informasi dan telekolaborasi.
Untuk menindak lanjutinya, pemerintah dalam Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2008 antara lain disebutkan bahwa Departemen Pendidikan Nasional harus menghubungkan sebanyak 24.000 dalam satu jaringan pendidikan nasional. Dari jumlah tersebut 15.000 titik adalah sekolah, yakni terdiri dari SMA/MA, SMK, SMP/MTs, dan SD/MI. Apabila interkoneksi ini terwujud, maka sekolah akan mendapatkan manfaat yang sangat besar.
Agar dana yang dikucurkan pemerintah untuk akses JARDIKNAS tersebur tidak mubazir, ada berbagai kendala yang dihadapi sekolah terutama di daerah luar kota, umumnya mereka mengalami kekurangan mengenai guru yang sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan subjek atau bidang studi yang sesuai dengan latar belakang guru. Peristiwa ini didukung oleh beberapa fakta dan data dari penelitian sebelumnya seperti yang diungkap dalam penelitian Iman Sugiman (2003) yang berjudul ”Pemanfaatan media dan sumber belajar dalam proses pembelajaran oleh Guru di SLTP” menyimpulkan bahwa:

“pada umumnya SLTP yang ada di kota Bandung telah memiliki sebagian besar media dan sumber belajar, yang tidak dimiliki adalah media-media yang tergolong asing dan mahal dalam hal pengadaannya, namun sayang keberadaan media dan sumber belajar tersebut belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh guru, hal ini terjadi karena guru kurang memahami pentingnya media dan sumber belajar sebagai salah satu komponen di dalam pembelajaran”

Pernyataan di atas membuktikan masih adanya permasalahan tentang pemanfaatan media pembelajaran oleh guru. Padahal, untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu;
a. Siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru,
b. Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan
c. Guru harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencapai standar akademik.
Permasalahan yang terjadi dalam hal pemanfaatan laboratorium komputer sebagai sumber belajar TIK tersebut perlu mendapat perhatian serius dikarenakan potensi besar yang dimiliki oleh TIK dalam membangun masyarakat berpengetahuan (knowledge-based scoiety) apabila tidak didukung dengan optimal maka kesenjangan ilmu pengetahuan negara kita dengan negara maju akan semakin besar dan bangsa ini akan semakin tertinggal. Oleh karena itu sebagai bentuk usaha dalam memberikan kontribusi nyata kepada bangsa. Penulis merasa perlu melakukan penelitian.
Penelitian yang akan dilakukan berjudul “Pemanfaatan Laboratorium Komputer Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK)”.
2. Perumusan Masalah
Permasalahan pokok pada penelitian ini adalah bagaimana laboratorium komputer sebagai sumber belajar untuk meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK), diuraikan menjadi sub masalah penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses perencanaan dalam memanfaatkan laboratorium komputer sebagai sumber belajar mata pelajaran TIK di SMPN 3 Padalarang?
2. Bagaimana proses pelaksanaan dalam memanfaatkan laboratorium komputer sebagai sumber belajar mata pelajaran TIK di SMPN 3 Padalarang?
3. Bagaimana proses evaluasi dalam memanfaatkan laboratorium komputer sebagai sumber belajar mata pelajaran TIK di SMPN 3 Padalarang?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang pemanfaatan laboratorium komputer sebagai sumber belajar TIK di SMPN 3 Padalarang.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui proses perencanaan dalam memanfaatkan laboratorium komputer sebagai sumber belajar mata pelajaran TIK di SMPN 3 Padalarang.
2) Untuk mengetahui proses pelaksanaan dalam memanfaatkan laboratorium komputer sebagai sumber belajar mata pelajaran TIK di SMPN 3 Padalarang.
3) Untuk mengetahui proses evaluasi dalam memanfaatkan laboratorium komputer sebagai sumber belajar mata pelajaran TIK di SMPN 3 Padalarang.

2. Manfaat Penelitian
a. Bagi sekolah, dapat mengetahui kualitas mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi.
b. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai refernsi ataupun pemacu untuk meningkatkan kualitas mata pelajaran TIK.
c. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan alternatif dan referensi ataupun sebagai inspirasi dalam mengembangkan pemanfaatan sumber belajar TIK.
d. Bagi jurusan, dapat menjadi referensi dalam mata kuliah yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini.
e. Bagi peneliti, memberikan pengalaman dan pemahaman baik teori ataupun praktis tentang pemanfaatan laboratorium komputer sebagai sumber belajar TIK.

D. Kajian Teoritis
1. Konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Teknologi Informasi dan Komunikasi mempunyai pengertian dari dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi.
Teknologi Informasi mempunyai pengertian luas yang meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
Teknologi Komunikasi mempunyai pengertian segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya.
Istilah TIK atau ICT (Information and Communication Technology), atau yang di kalangan negara Asia berbahasa Inggris disebut sebagai Infocom, muncul setelah berpadunya teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya) dan teknologi komunikasi sebagai sarana penyebaran informasi pada paruh kedua abad ke-20.
Bersumber dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi, 2006: 6. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) diartikan sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara umum adalah semua yang teknologi berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi
UNESCO mengklasifikasikan tahap penggunaan TIK dalam pembelajaran kedalam empat tahap: (1). Tahap emerging, baru menyadari akan pentingnya TIK untuk pembelajaran dan belum berupaya untuk menerapkannya; (2). Tahap applying, satu langkah lebih maju dimana TIK telah dijadikan sebagai obyek untuk dipelajari (mata pelajaran); (3). Tahap integrating, TIK telah diintegrasikan ke dalam kurikulum (pembelajaran); (4). Tahap transforming merupakan tahap yang paling ideal dimana TIK telah menjadi katalis bagi perubahan/evolusi pendidikan. TIK diaplikasikan secara penuh baik untuk proses pembelajaran (instructional purpose) maupun untuk administrasi (administrational purpose).
Bersumber pada ketetapan dari MENDIKNAS, mata pelajaran TIK mempunyai tujuan dan ruang lingkup sebagai berikut :

1) Tujuan
Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a) Memahami teknologi informasi dan komunikasi
b) Mengembangkan keterampilan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
c) Mengembangkan sikap kritis, kreatif, apresiatif dan mandiri dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
d) Menghargai karya cipta di bidang teknologi informasi dan komunikasi.

2) Ruang lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
a) Perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, dan menyajikan informasi
b) Penggunaan alat bantu untuk memproses dan memindah data dari satu perangkat ke perangkat lainnya.
Saat ini pembelajaran pembelajaran yang berbasis TIK telah berkembang dalam berbagai model seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.

2. Konsep sumber belajar
a. Pengertian sumber belajar
Definisi dari pusat sumber belajar, seperti yang dikemukakan oleh Merill dan Drob, ialah:

“Sebuah ketetapan aktivitas organisasi dari mulai direktur, staff dan peralatan yang ditempatkan pada satu fasillitas khusus atau lebih untuk keperluan produksi, perekrutan, presentasi bahan pembelajaran, pengembangan ketetapan (provision), dan perencanaan hubungan pelayanan dengan kurukulum dan pembelajaran”

b. Tujuan dan fungsi sumber belajar
1) Tujuan sumber belajar
Pusat sumber belajar bertujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan proses belajar-mengajar melalui pengembangan sistem instruksional. Hal ini dilaksanakan dengan menyediakan berbagai macam pilihan untuk menunjang kegiatan kelas dan untuk mendorong penggunaan cara-cara yang baru yang paling sesuai untuk mencapai tujuan program akademis.
2) Fungsi sumber belajar
a) Menembus batas jam pelajaran formal yang tersedia.
b) Mendorong dinamika dan kegiatan belajar mandiri pada siswa.
c) Memelihara iklim akademis dalam proses pembelajaran.
d) Mengatasi keterbatasan dan kemampuan guru.
e) Memperluas wawasan dan pemahaman siswa.

c. Jenis-jenis sumber belajar
a) Pesan, adalah ajaran atau informasi yang akan disampaikan oleh komponen belajar lain yang dapat berupa ide, fakta, ajaran, nilai dan data. Dalam sistem persekolahan, maka pesan ini berupa seluruh mata pelajaran yang disampaikan kepada siswa.
b) Orang adalah manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Contohnya : guru, dosen, pustakawan, petugas laboratorium, instruktur, widyaiswara, pelatih olah raga, tenaga ahli dan masih banyak lagi, bahkan termasuk siswa itu sendiri.
c) Bahan, merupakan perangkat lunak (software) yang mengandung pesan belajar, yang biasanya disajikan menggunakan peralatan tertentu contohnya : buku teks, modul, transparansi (OHT), kaset program audio, kaset program video, program slide, film, program CAI dll.
d) Alat, adalah perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Contohnya : OHP, tape recorder, video recorder, video player, proyektor slide, proyektor film, komputer.
e) Teknik, yaitu prosedur atau langkah-langkah tertentu yang disiapkan dalam menggunakan bahan, alat, lingkungan dan orang untuk menyampaikan pesan. Misalnya: demonstrasi, diskusi, praktikum, pembelajaran mandiri, sistem pendidikan terbuka/jarak jauh, tutorial tatap muka, dan lain sebagainya.

KOMPONEN PENGERTIAN CONTOH
Pesan Pelajaran atau informasi yang disampaikan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti dan data. Semua bidang studi atau mata pelajaran seperti IPS/sejarah, IPA/ilmu fisika, bahasa.
Orang Manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan. Tidak termasuk mereka yang menjalankan fungsi pengembangan dan pengelolaan sumber belajar. Guru pembina, guru pembimbing, tutor, murid, pemain, pembicara. Tidak termasuk tim kurikulum, peneliti, produser, teknisi dan lain sebagainya.
Bahan Sesuatu (biasa pula disebut media atau soft ware) yang mengandung pesan untuk disajikan, melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri. Transparansi, Slide, Film, Filmstrip, audio tape, Videotape, buku. Modul, majalah, bahan pengjaran terprogram, dan lain lain sebagainya.
Alat Sesuatu (biasa disebut hard ware atau perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan di dalam bahan. Proyektor slide, film strip, film overhead, videotape atua cassete recorder, pesawat televisi dan lain-lain.
Teknik Prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang, dan lingkungan untuk menyampaikan pesan. Pengajaran terprogram, belajar mandiri, mastery learning, discovery learning, simulasi, permainan, demonstrasi, kuliah, ceramah, tanya jawab dan lain-lain.

Ditinjau dari tipenya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi:
1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Sumber belajar semacam ini sering disebut bahan pembelajaran. Contohnya adalah : buku pelajaran, modul, program audio, program slide suara, transparansi.
2. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya : pejabat pemerintah, tenaga ahli, pemuka agama, olahragawan, kebun binatang, waduk museum, film, sawah, terminal, surat kabar, siaran televisi, dan masih banyak lagi yang lain.

E. Asumsi
Asumsi menurut Edling (Sudiman, 2002: 23) adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik. Beranjak dari pemikiran di atas maka yang menjadi asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Pemanfaatan laboratorium komputer sebagai salah satu sumber belajar yang optimal akan meningkatkan kompetensi siswa “

F. Definisi operasional
a. Laboratorium komputer
Laboratorium komputer merupakan suatu tempat untuk melakukan proses belajar yang sifatnya praktik tentang kajian komputer, dalam hal ini mata pelajaran TIK di sekolah yang telah terintegrasi dalam kurikulum nasional.

b. Sumber belajar
Sumber belajar dapat diartikan sebagai segala hal di luar diri anak didik yang memungkinkannya untuk belajar yang dapat berupa pesan, orang, bahan, alat teknik dan lingkungan. Uraian tersebut dapat di lihat dari defenisi AECT (Association For Educaton Communication Technology) yang menyatakan pengertian sumber belajar sebagai berikut :
“Sumber belajar untuk teknologi pendidikan meliputi semua sumber (data, orang, barang) yang dapat digunakan oleh peserta didik baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, biasanya dalam situasi informal, untuk memberikan fasilitas belajar”

c. Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
Menurut Wardiana (2002) Teknologi Informasi dan komunikasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.
Sedangkan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah salah satu mata pelajaran keterampilan yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara terpisah atau bersama-sama dengan mata pelajaran keterampilan lainnya. Alokasi waktu pembelajarannya secara keseluruhan untuk jenjang SMP/MTs adalah 72 jam pelajaran untuk selama 3 tahun, atau ekivalen dengan 2 jam pelajaran per minggu untuk waktu 1 tahun jika mata pelajaran ini dibelajarkan secara terpisah dan mandiri.

d. Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar atau sederajat. Sekolah Menengah Pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari Kelas VII sampai kelas IX. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan Sekolah Menengah Pertama Negeri di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab kabupaten/kota. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, Sekolah Menengah Pertama Negeri merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan kabupaten/kota.

e. Kompetensi siswa
Kompetensi siswa dicapai dengan memperhatikan kompetensi dasar siswa. Kompetensi dasar merupakan arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
G. Metodologi Penelitian
1. Metode
Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskritif analitik sehingga data yang diperoleh berupa kata-kata, gambar, perilaku dan tidak tertuang dalam bentuk angka-angka atau bilangan statistik.
Menurut Travers (Suprayogo dan Tobroni, 2001: 137), “Metode deskriptif menggambarkan sifat atau keadaan sementara berjalan pada saat penelitian dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu”. Sehinnga metode deskriptif menekankan objek yang sedang diselidiki dalam keadaan sekarang (pada waktu penelitian dilakukan).
Dapat di tarik kesimpulan, bahwa metode deskriptif adalah metode yang mempunyai tujuan untuk menggambarkan atau melukiskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fenomena atau hubungan yang sedang diselidiki.

2. Subjek Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi sumber informasi penelitian yang ditetapkan adalah:
1) Kepala sekolah
Kepala sekolah sebagai orang yang bertanggung jawab langsung terhadap pengembangan dan keberlangsungan proses pembelajaran;
2) Guru mata pelajaran TIK
Guru merupakan orang yang selalu bertatap muka dengan siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga guru mempunyai peranan penting dalam menginformasikan keadaan siswa maupun dalam penggunaan studio televisi; dan
3) Siswa
Siswa sebagai sasaran dari penggunaan teknologi yang tersedia, akan menjadi tolak ukur ketercapaian tujuan baik dari segi proses mupun hasil belajar.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang diguanakan pada penelitian ini adalah:
a. Wawancara (Interview) adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya, biasanya wawancar digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam.
b. Pengamatan (Observation) adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.
c. Studi dokumentasi. Ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter atau data yang relevan mendukung penelitian.

4. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
a. Teknik Analisis Data
Uji Kredibilitas
1) Perpanjangan Pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab, semakin terbuka dan saling mempercayai sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan. Menurut Susan Stainback (Sugiyono, 2006), “rapport is a relationship of mutual trust and emotional affinity between two or more people”.
Dalam perpanjangan pengamatan ini, peneliti akan lebih memfokuskan untuk menguji kembali data yang telah diperoleh.

2) Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan, dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Menurut Sugiyono. 2006, tentang meningkatkan ketekunan adalah sebagai berikut:

“…dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak sehingga dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis”.

Sebagai bekal untuk peneliti dalam peningkatan ketekunan ini di tempuh dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti sehingga wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam untuk memeriksa data yang ditemukan.

3) Triangulasi
Triangulasi dalam uji kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dan berbagai cara dan berbagai waktu.
Pertama. Triangulasi sumber, adalah untuk menguji kredibilitas data dan dilakukan dengan cara mengecek kembali data yang telah diperoleh. Sebagai contoh menguji kredibilitas tentang motifasi kerja karyawan, maka pengumpulan dan pengujian data dilakukan kepada atasan yang memberi tugas, kepada bawahan dan rekan sejawat yang merupakam kelompok kerja. Data yang telah didapat kemudian dideskripsikan dan dikategorikan, setelah itu dianalisis.
Kedua. Triangulasi teknik, adalah untuk mengecek kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama namun dengan teknik yang berbeda. Apabila terdapat perbedaan jawaban disetiap tekniknya, maka harus melakukan diskusi lebih lanjut untuk memastikan data mana yang dianggap paling relevan.
Ketiga. Triangulasi waktu, adalah mengecek kredibilitas data dari sumber yang sama namun waktunya yang berbeda, sebagai contoh pada pagi hari nara sumber masih segar sehingga dapat memberikan data yang lebih valid dan lebih kredibel. Dalam rangka menguji kredibilitas in, maka peneliti perlu mengecek kembali pada sumber yang sama dengan situasi dan waktu yang berbeda. Apabila data yang diperoleh berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sampai ditemukan kepastian datananya.

4) Diskusi dengan Teman Sejawat
Diskusi dengan teman sejawat dilakukan dengan maksud memberi pandangan tentang yang diteliti dan sharing jika peneliti mendapatkan kesulitan atau ada pandangan lain dari teman sejawat baik tentang metode atau teknik, subjek dan lain sebagainya dalam kaitannya memberikan pencerahan dan perluasan wawasan kepada peneliti dalam melakukan penelitian, sehingga penelitian akan lebih kredibel.

5) Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian, melakukan analisis kasus negative berarti peneliti mencari data yang berebda atau bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan.
Sebagai contoh, bila ada 99% orang mengatakan bahwa sekolah A adalah sekolah yang baik dalam hal fasilitas belajarnya, sedangkan 1% menyatakan tidak (negatif) maka peneliti akan mencari tahu penyebab mengapa 1% ini muncul sampai menemukan kepastian, apabila akhirnya yang 1% ini menyatakan fasilitas sekolah A baik maka kasus negatifnya tidak aka nada lagi. Dengan demikian temuan penelitian menjadi lebih kredibel.

6) Membercheck
Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui kesesuaian data dari pemberi data, apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data, maka data yang diterima peneliti adalah data yang valid.

b. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang dipakai peneliti adalah model Miles dan Huberman,1984 (Sugiyono, 2006) mereka mengemukakan bahwa aktifitas dalam hal mengolah dan analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam kegiatan ini meliputi (1).Data Reduction; (2).Data Display; (3). Conclusion Drawing /verification.
Teknik pengolahan data kualitatif model Miles dan Huberman.
1) Data Reduction
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dai penelitian kualitatif adalah pada temuan. Hal ini senada dengan apa yang diutarakan Sugiyono, 2006 :

“…apabila peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data”

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti baru, dalam mereduksi data dapat berdiskusi dengan teman atau orang yang di pandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

2) Data Display
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, karena dalam data display data akan lebih terorganisir, tersusun dalam pola-pola yang ada.
Di dalam penelitian kualitatif, data display bias dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan, tabel, grafik, flowchart dan sejenisnya. Sehubungan dengan ini, Miles dan Huberman (1984) berpendapat “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3) Conclusion Drawing/Verification
Langkah berikutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal (asumsi) yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data.
Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi suatu objek yang sebelumnya masih belum atau bahkan tidak jelas sehingga setelah diteliti hal itu menjadi jelas.

 

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad (1997). Pengantar Penelitian. Bandung : Angkasa.
Ali, Mohammad, (1992). Strategi Penellitian Pendidikan. Bandung : Angkasa Bandung.
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Bastian, Aulia Reza, (2002). Reformasi Pendidikan. Yogyakarta : Lappera Pustaka Utama.
http://sweetyhome.wordpress.com/author/sweetyhome/)
¬¬¬¬¬Ilmuwanmuda, (2008). Mengintegrasikan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Ke Dalam Proses Pembelajaran : Apa, Mengapa dan Bagaimana? (tersedia di URL : http://ilmuwanmuda.wordpress.com/2008/05/31/mengintegrasikan-teknologi-informasi-dan-komunikasi-tik-ke-dalam-proses-pembelajaran-apa-mengapa-dan-bagaimana/)
Koesnandar. (2008). Bagaimana Memanfaatkan Program Schoolnet? (tersedia di URL : http://www.e-dukasi.net/artikel/index.php?id=76)
Kusumah, Wijaya. (2008) Mencari sosok guru ideal (tersedia di URL: http://wijayalabs.blogspot.com/2008/07/mencari-sosok-guru-ideal.html)
Kusumah, Wijaya. (2008). Aplikasi Dan Potensi Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Dalam Pembelajaran Di Sekolah (tersedia di URL : http://wijayalabs.blogspot.com/2008/01/aplikasi-dan-potensi-teknologi.html)
Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta; Kencana
Novrianti. (2008), Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar (tersedia di URL : http://sweetyhome.wordpress.com/author/sweetyhome/)
Seels, Barbara B & Richey, Rita C.. (1994). Instructional Technology : The Definition and Domains Of The Field. Washington, DC: AECT
Sugiyono, (2006), Metode Penelitian Kuanttatif, Kualitatif dan R&D, Bandung; CV. Alfabeta.
Surya, Mohamad, (2007). Potensi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Kelas (tersedia di URL : http://lenijuwita.wordpress.com/2007/03/10/potensi-teknologi-informasi-dan-komunikasi-dalam-peningkatan-mutu-pembelajaran-di-kelas/)
Wibawa, Basuki, Urgensi Sertifikasi Guru Teknologi Informasi Dan Komunikasi (tersedia di URL : http://deni3wardana.wordpress.com/2006/08/28/kompetensi-guru-teknologi-informasi-dan-komunikasi/)